Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin, ditutup melemah menunggu pengumuman kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat The Fed pekan ini.Indeks saham di Asia sore ini ditutup variatif dengan kecenderungan turun karena investor menimbang dampak terhadap pasar dari pengetatan kebijakan moneter oleh bank sentral AS
IHSG ditutup melemah 71,21 poin atau 1,06 persen ke posisi 6.655,17. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 10,27 poin atau 1,07 persen ke posisi 949,49.
"Indeks saham di Asia sore ini ditutup variatif dengan kecenderungan turun karena investor menimbang dampak terhadap pasar dari pengetatan kebijakan moneter oleh bank sentral AS," tulis Tim Riset Phillip Sekuritas dalam ulasannya di Jakarta, Senin.
Pergeseran kebijakan moneter The Fed yang dinilai akan berdampak pada pasar obiligasi masih menjadi tanda tanya besar bagi pelaku pasar, karena kurva imbal hasil (yield curve) justru semakin landai dan imbal hasil surat utang Pemerintah AS bertenor 10 tahun tertahan di 1,76 persen atau hampir sama dengan level pada awal tahun ini.
Sementara itu, ada sekelompok investor yang berspekulasi bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga acuan pada pertemuan kebijakan mereka minggu ini meskipun probabilitas hal itu terjadi cukup kecil.
Mayoritas investor masih mempunyai ekspektasi kenaikan suku bunga pertama sebesar 0,25 persen akan terjadi pada Maret dan ditambah 3 kali kenaikan lagi hingga suku bunga mencapai 1 persen pada akhir tahun ini.
Dari sisi korporasi, investor minggu ini menunggu rilis laporan keuangan dari sejumlah emiten besar seperti Apple, Boeing, General Electric, 3M, Microsoft, Tesla, Samsung Electronics dan Deutsche Bank.
Dari sisi makroekonomi, investor mencerna rilis data perhitungan awal (Flash) Purchasing Managers’ Index (PMI) Jepang di mana Manufacturing PMI naik ke level 54.,6 pada Januari, tertinggi sejak Januari 2018, dari perhitungan akhir Desember yang sebesar 54,3.
Selain Jepang, Australia juga merilis data perhitungan awal (Flash) PMI dengan Composite PMI turun tajam ke level 45,3 pada Januari dari level 54,9 pada bulan sebelumnya sehingga menandakan kontraksi pertama dalam empat bulan terakhir.
Dibuka melemah, IHSG terus bergerak di zona merah hingga penutupan sesi pertama perdagangan saham. Pada sesi kedua, IHSG masih nyaman berada di teritori negatif sampai penutupan bursa saham.
Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, sembilan sektor terkoreksi dimana sektor teknologi turun paling dalam yaitu minus 2,89 persen, diikuti sektor keuangan dan sektor infrastruktur masing-masing minus 1,42 persen dan minus 1,27 persen.
Sedangkan dua sektor meningkat yaitu sektor energi dan sektor transportasi & logistik masing-masing sebesar 0,68 persen dan 0,6 persen.
Penutupan IHSG sendiri diiringi aksi jual saham oleh investor asing di seluruh pasar yang ditunjukkan dengan jumlah jual bersih asing atau net foreign sell di seluruh pasar sebesar Rp6,17 miliar. Sedangkan di pasar reguler tercatat aksi beli asing dengan jumlah beli bersih Rp27,21 miliar.
Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 1.259.765 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 19,71 miliar lembar saham senilai Rp10,4 triliun. Sebanyak 175 saham naik, 358 saham menurun, dan 148 tidak bergerak nilainya.
Bursa saham regional Asia sore ini antara lain indeks Nikkei menguat 66,11 poin atau 0,24 persen ke 27.588,37, indeks Hang Seng turun 309,09 poin atau 1,24 persen ke 24.656,46, dan indeks Straits Times terkoreksi 11,51 atau 0,35 persen ke 3.283,35.
Baca juga: IHSG awal pekan diprediksi melemah terkerek koreksi bursa global
Baca juga: IHSG akhir pekan ditutup naik, dipicu aksi beli investor asing
Baca juga: IHSG diprediksi beragam di tengah minimnya sentimen domestik-global
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022