"Ini adalah sebuah tantangan mengingat saat ini pandemi belum turun level menjadi endemi," kata Sultan dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Daerah Triwulan IV Pemda DIY di Gedhong Pracimasana, Kompleks Kepatihan, Selasa.
Ia menyadari tantangan yang dihadapi DIY ke depan tidak hanya pandemi tetapi juga ketidakpastian ekonomi global dan berkurangnya stimulus pemerintah secara bertahap pada 2022 yang akan berpengaruh pada daya beli masyarakat.
Meski demikian, menurut dia, BI telah memproyeksikan pada tahun 2022 ekonomi akan tumbuh pada level moderat pada kisaran proyeksi 4,8 persen hingga 5,8 persen.
Akselerasi tersebut, ujar Sultan, akan bergantung pada efektivitas pengelolaan risiko pandemi COVID-19 di mana gelombang ketiga mungkin saja terjadi.
Sesuai saran Epidemiologi UGM dr Riris Andono, mobilitas populasi tetap perlu dikendalikan sesuai level PPKM.
"Meningkatkan cakupan vaksinasi yang telah mencapai 99,6 persen pada awal Tahun 2022 ini, dan tetap menaati protokol kesehatan pada semua lini," kata Sultan.
Sri Sultan mengungkapkan berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), perekonomian DIY triwulan III 2021 tumbuh sebesar 2,30 persen.
Pertumbuhan ini didukung oleh sektor-sektor kemajuan pengerjaan proyek strategis nasional, pembangunan Jalan Jalur Lintas Selatan yang mendukung pencapaian pertumbuhan investasi, menguatkan adaptasi digital masyarakat dan membaiknya perekonomian global.
"Pertumbuhan ekonomi DIY tersebut berdampak pada ketenagakerjaan. Tingkat partisipasi angkatan kerja DIY sebesar 73,52 persen yang meningkat dibandingkan 2020," tutur Sultan.
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2022