Berbagai jenis kopi dari seluruh penjuru Nusantara yang memiliki ciri khas dapat ditemukan di area Pasar Malam Paviliun Indonesia. Kami ingin menunjukkan pada dunia bahwa kopi Indonesia dihasilkan dari tangan petani lokal yang luar biasa
Kopi petani Indonesia tampil di Paviliun Indonesia pada gelaran Expo 2020 Dubai di minggu ke-17, di mana lebih dari 50 jenis kopi lokal dipamerkan di Area Pasar Malam Paviliun Indonesia, antara lain kopi Luwak, Gayo, Kintamani, robusta Lampung, Leci Pranger Priyangan, Bajawa Flores, Toraja, dan Ijen Banyuwangi.
"Berbagai jenis kopi dari seluruh penjuru Nusantara yang memiliki ciri khas dapat ditemukan di area Pasar Malam Paviliun Indonesia. Kami ingin menunjukkan pada dunia bahwa kopi Indonesia dihasilkan dari tangan petani lokal yang luar biasa," kata Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional dan Komisioner Jenderal Paviliun Indonesia Didi Sumedi lewat keterangannya di Jakarta, Rabu.
Didi yakin Indonesia dapat mewujudkan mimpi menjadi produsen kopi ternama di dunia melalui Expo 2020 Dubai.
Didi mengungkapkan, produk kopi yang dipamerkan di Paviliun Indonesia juga memiliki cerita tentang pemberdayaan masyarakat. Salah satunya, kopi hutan Lampung yang merupakan jenis kopi robusta yang dibawa Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Kopi robusta Lampung yang dihasilkan dari kawasan hutan lindung Batuegi tersebut digarap langsung oleh para petani kopi lokal. Para petani kopi tersebut diberikan izin legal untuk menggarap kawasan hutan.
Selain itu, dengan visi “Tercapainya Fungsi Hutan Lindung yang Memberi Kesejahteraan Masyarakat” para petani juga diberikan pelatihan melalui berbagai program kemitraan.
Sementara itu, Provinsi Aceh membawa kopi Gayo yang mengusung pemberdayaan perempuan.
Kopi Gayo tersebut dibudi daya di sekitar kawasan Taman Nasional Leuser dan memberdayakan petani lokal yang sebagian besar anggotanya adalah perempuan.
Produk kopi Gayo telah berhasil menembus ekspor Amerika, Eropa, Asia, dan Timur Tengah. Hal itu menjadi bentuk dukungan bagi para pekerja perempuan dan generasi muda di kawasan tersebut.
Sedangkan, Kementerian Ketenagakerjaan membawa kopi kalosi Enrekang yang merupakan jenis kopi tertua di Indonesia sejak zaman penjajahan Belanda. Kopi kalosi termasuk jenis kopi arabika yang dibudidaya oleh para petani kopi Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan.
Hingga saat ini, kopi kalosi Enrekang telah dimodifikasi menjadi kopi drip bags sebagai upaya melestarikan potensi kopi lokal.
Didi menceritakan, selain pameran produk kopi lokal, pengunjung Paviliun Indonesia juga dapat mengikuti demo seduh (brewing) kopi dengan barista yang berpengalaman.
Para pengunjung dapat mempelajari teknik menyeduh kopi sekaligus mendapatkan informasi mengenai ciri khas kopi Indonesia. Cara penyajiannya kopinya pun unik, yaitu menggunakan gerobak seolah-olah membawa pengunjung sedang berada di pasar malam khas Indonesia.
"Ada sekitar 17 jenis kopi lokal yang dapat dicicipi saat demo brewing kopi di Paviliun Indonesia. Peringkat pertama jatuh pada kopi Luwak. Peringkat selanjutnya ditempati kopi Gayo Aceh dan kopi Kintamani Bali. Demo brewing kopi ini dibuat interaktif untuk lebih mengenalkan potensi kopi Indonesia kepada pengunjung Paviliun Indonesia," kata Didi.
Indonesia dikenal sebagai produsen kopi terbaik keempat dunia setelah Brasil, Vietnam, dan Colombia. Potensi kopi Indonesia cukup besar dengan perkebunan kopi yang tersebar di seluruh pelosok negeri.
Ke depan, melalui perhelatan Expo 2020 Dubai, Indonesia akan terus memamerkan potensi bangsa yang luar biasa ke kancah internasional. Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, ekspor kopi Indonesia ke dunia pada Januari-November 2021 tercatat sebesar 757,41 juta dolar AS.
Sementara, pada 2020 nilai ekspor kopi Indonesia tercatat sebesar 821,93 juta dolar AS.
Baca juga: UMKM NTB siap ekspor 240 ton kopi robusta ke Turki
Baca juga: Pemprov Jambi ingin Kopi Arabika Kerinci makin meluas ekspornya
Baca juga: 3 menteri berupaya tingkatkan daya saing petani kopi Indonesia
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2022