• Beranda
  • Berita
  • Akademisi: Antisipasi bencana hidrometeorologi pada puncak musim hujan

Akademisi: Antisipasi bencana hidrometeorologi pada puncak musim hujan

27 Januari 2022 20:31 WIB
Akademisi: Antisipasi bencana hidrometeorologi pada puncak musim hujan
Akademisi dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Dr. Indra Permanajati. ANTARA/Wuryanti Puspitasari.
Akademisi dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Dr. Indra Permanajati mengingatkan perlunya mengantisipasi bencana hidrometeorologi pada puncak musim hujan yang diprakirakan berlangsung pada Februari 2022.

"Perlu sejumlah langkah strategis guna mengantisipasi bencana hidrometeorologi pada puncak musim hujan," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Kamis.

Koordinator Bidang Bencana Geologi Pusat Mitigasi Unsoed tersebut mengatakan upaya antisipasi sangat diperlukan guna mendukung program mitigasi atau pengurangan risiko bencana.

"Bencana hidrometeorologi merupakan bencana yang disebabkan karena pengaruh perubahan iklim dan cuaca. Khususnya pada puncak musim hujan seperti sekarang ini," katanya.

Baca juga: BMKG ingatkan warga waspada dampak hidrometeorologi 3 hari ke depan

Baca juga: Kepala BMKG minta kewaspadaan bencana hidrometeorologi pada 2022


Dia menambahkan, pengaruh intensitas air hujan yang meningkat akan memberikan dampak kepada lingkungan.

"Dampaknya bisa positif dan bisa juga negatif, dampak positifnya adalah terpenuhinya kebutuhan akan air dan distribusinya untuk cadangan air, sementara dampak negatifnya adalah peningkatan potensi bencana seperti banjir dan longsor," katanya.

Berdasarkan kondisi tersebut, kata dia, perlu langkah mitigasi untuk meminimalkan dampak yang mungkin terjadi akibat terjadinya bencana.

"Dengan memahami siklus alam dan perubahannya maka diharapkan langkah-langkah mitigasi yang dilakukan akan lebih tepat sasaran," katanya.

Dia juga mengatakan, mitigasi bencana hidrometeorologi harus berbasis sinergi antarinstansi terkait.

"Misalkan upaya mitigasi harus disinergikan dengan informasi dari BMKG sehingga penanganan bencana ini menjadi lebih tepat. Beberapa aplikasi kebencanaan sudah dibuat oleh BMKG untuk bisa mendapatkan informasi mengenai kondisi cuaca dan kebencanaan serta aplikasinya untuk dunia pertanian dan bidang-bidang lainnya," katanya.

Dengan adanya sinergi dan kolaborasi yang intensif, kata dia, maka diharapkan program mitigasi dan penanganan bencana akan berjalan makin optimal.

Sementara itu dia juga menambahkan bahwa upaya mitigasi bencana perlu didukung dengan pembentukan desa tangguh bencana di masing-masing wilayah.

"Pada tahun 2022 ini pembentukan desa tangguh bencana harus menjadi program prioritas dari pemerintah daerah melalui badan penanggulangan bencana di masing-masing wilayah, terutama perlu diprioritaskan untuk wilayah-wilayah yang rawan bencana," katanya.*

Baca juga: Pembelajaran penting hadapi bencana

Baca juga: Literasi hingga tata ruang lahan jadi pembelajaran bencana 2021

Pewarta: Wuryanti Puspitasari
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022