Pendiri dan Ketua Eksekutif Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum/WEF) Klaus Schwab menilai Indonesia mengambil langkah tepat dalam mengusung isu pemulihan kesehatan global sebagai salah satu prioritas dalam Presidensi G20.Pemulihan ini tidak dapat terjadi tanpa kontribusi bisnis yang tangguh, berkelanjutan, inovatif, dan inklusif
"Indonesia benar dalam (mengangkat isu) meningkatkan kondisi kesehatan masyarakat global pada tahun-tahun mendatang, dan banyak bisnis di Indonesia yang berkontribusi dalam upaya ini," ujar Schwab pada Pertemuan Awal B20 yang disaksikan secara daring di Jakarta, Kamis malam.
Schwab mengatakan fokus pertama yang harus dimiliki semua negara pada masa depan adalah membangun kembali perekonomian global dengan cara yang lebih tangguh, termasuk upaya bertahan selama pandemi COVID-19.
"Tentunya tangguh dalam jangka pendek artinya agar kita dapat bertahan di masa depan dari disrupsi pandemi ini dengan cara yang jauh lebih baik. Untuk melakukannya, kita perlu mencegah wabah di masa depan, kita perlu menyembuhkan penyebab dari dampak ekonomi ini," ucap dia.
Untuk itu, menurut Schwab, pemulihan ekonomi global perlu dilakukan beriringan dengan pemulihan kesehatan global, dan dia menilai Indonesia sebagai salah satu negara yang sudah mulai melakukannya dengan baik.
"Anda (Indonesia) memproduksi dan melakukan pengiriman serta berbagi peralatan produktif, dan anda sedang membangun sistem perawatan kesehatan yang kuat, yang dapat ditingkatkan dan diturunkan sesuai dengan kebutuhan," kata dia.
Schwab juga menekankan bahwa pemulihan ekonomi baik secara nasional maupun global tidak dapat tercapai tanpa kontribusi dari sektor bisnis.
"Seperti yang kita ketahui bersama bahwa pemulihan ini tidak dapat terjadi tanpa kontribusi bisnis yang tangguh, berkelanjutan, inovatif, dan inklusif," ujar Schwab.
Sebelumnya, kepala departemen ekonomi Center for Strategic and International Studies (CSIS) Yose Rizal Damuri mengatakan bahwa Presidensi Indonesia pada kelompok 20 negara ekonomi besar dunia (G20) berperan penting untuk mengatur dan mengoordinasikan strategi keluar (exit strategy) dari masalah ekonomi yang disebabkan oleh pandemi COVID-19.
"Di sini pentingnya peran presidensi G20 Indonesia untuk mengoordinasikan supaya exit strategy ini tidak amburadul, tidak masing-masing (negara) jalan sendiri-sendiri. Kalau di jalan raya gitu ya, kalau masing-masing itu ngerem mendadak mungkin akan terjadi kecelakaan. Harus terkoordinasi semuanya," kata Yose kepada ANTARA.
Menurut dia, pemulihan ekonomi yang sudah dan sedang terjadi saat ini sifatnya masih belum seimbang sehingga hal itu perlu diwaspadai karena dapat membuat risiko yang dihadapi perekonomian dunia menjadi lebih tinggi.
"Belum lagi kita lihat bahwa sekarang ini posisi utang banyak negara, baik negara maju maupun berkembang, itu tetap masih sangat tinggi, dan masih tetap banyak stimulus fiskal yang diperlukan oleh kebanyakan perekonomian ini," kata Yose.
Untuk itu, kata dia, ada risiko di tingkat utang yang semakin tinggi dan semakin merugikan karena biaya untuk mendapatkan utang itu pun semakin tinggi.
"Belum lagi masalah inflasi. Jadi masalah perekonomian dari sisi makro ekonominya di tingkat global, ini juga perlu diwaspadai," jelas Yose.
Pewarta: Yuni Arisandy Sinaga
Editor: Bayu Prasetyo
Copyright © ANTARA 2022