"Aktor-aktor politik Muslim Indonesia harus menghindarkan diri dari godaan ideologi transnasional Islam yang mencoba menawarkan konsep khilafah (gerakan kenegaraan yang berdasarkan syariat Islam)," kata Zulhas, sapaan akrab Zulkifli Hasan, saat menyampaikan pidato kebudayaan bertajuk "Indonesia Butuh Islam Tengah” di Auditorium Perpustakaan Nasional RI, Jakarta, Sabtu.
Ia menekankan bahwa konsep kenegaraan Indonesia yang sepatutnya diteguhkan oleh para tokoh politik, bahkan seluruh masyarakat adalah Pancasila.
Baca juga: Ketua Umum PAN ajak Muslim Indonesia bumikan Islam tengah
Zulhas menyampaikan salah satu cara bagi tokoh politik Muslim di Indonesia untuk menahan diri dari godaan ideologi transnasional Islam adalah dengan memegang teguh nilai-nilai Islam tengah.
Menurutnya, Islam tengah merupakan perwujudan Islam yang mengedepankan moderasi atau dalam Bahasa Arab dikenal sebagai "washatiyah", yaitu sikap unggul memahami batas-batas toleransi dan sanggup mengayomi seluruh pihak serta golongan.
Bahkan, Zulhas mengatakan pandangan terkait Islam tengah harus menjadi jalan politik di Indonesia.
Baca juga: PAN targetkan enam kursi DPRD Kalteng
"Lebih jauh lagi, pandangan Islam tengah ini harus menjadi jalan politik di Indonesia ke depan karena Islam tengah tidak hanya membawa misi ketuhanan, tetapi juga misi kemanusiaan," ucapnya.
Melalui pengimplementasian nilai-nilai Islam tengah, Wakil Ketua MPR RI ini optimistis Indonesia bisa menjadi bangsa dan negara hebat dan dapat berperan besar di kancah internasional.
Zulhas mendorong segenap bangsa Indonesia untuk menjadikan nilai-nilai Islam tengah sebagai jalan kebangsaan.
Baca juga: Zulkifli Hasan: Pemindahan IKN momentum tepat pemeratan pembangunan
"Mendorong Islam tengah sebagai jalan kebangsaan merupakan tanggung jawab kolektif kita bersama. Sudah saatnya, kita bergerak ke tengah, tidak ekstrem kiri, dan tidak ekstrem kanan," kata Zulhas.
Ia mengimbau bangsa Indonesia untuk tidak meniru negara-negara lain karena Indonesia merupakan negara yang memiliki karakter dan jati diri tersendiri.
Pewarta: Tri Meilani Ameliya
Editor: Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2022