Sementara itu, masyarakat Australia masih khawatir soal penyebaran COVID-19, yang pada Minggu menghilangkan nyawa sedikitnya 88 orang di negara itu.
Kendati beberapa sekolah sudah dibuka pekan lalu, sebagian besar akan dibuka kembali pada Senin (31/1).
Banyak sekolah mengharuskan murid-muridnya dites COVID-19 sebanyak dua kali seminggu.
Dengan dipicu oleh varian Omicron yang menular sangat cepat, kasus infeksi di Australia sudah melonjak sejak Desember tahun lalu -- yang merupakan awal musim panas di bumi bagian selatan.
Kini, jumlah kasus COVID-19 di Australia sudah mencapai dua juta orang.
Padahal hingga Desember 2021, negara yang berpenduduk 25 juta jiwa itu masih mencatat total hanya 400.000 kasus sejak pandemi mulai melanda dua tahun lalu.
Di New South Wales, negara bagian terpadat di Australia dan berpenduduk delapan juta orang, tahun ini sudah lebih dari 700 orang yang kehilangan nyawa akibat COVID-19.
Di seluruh Australia, jumlah total kematian akibat pandemi itu tercatat sebanyak 3.700 orang.
Pada Minggu, sedikitnya 88 orang di berbagai penjuru Australia meninggal akibat COVID-19.
Baca juga: Pembatasan melonggar di Australia, anak-anak mulai kembali ke sekolah
Tingkat kematian itu telah meningkat tajam baru-baru ini, namun masih jauh lebih kecil dibandingkan tingkat yang dialami negara-negara maju lainnya.
Australia sudah memvaksinasi lebih dari 93 persen penduduk dewasa dengan dua dosis. Warga yang sudah mendapatkan suntikan lebih dari dua dosis berjumlah hampir delapan juta orang.
Dan Andrews, kepala pemerintah Victoria --negara bagian yang melaporkan 20 kematian pada Minggu, memperingatkan bahwa semua warga Australia kemungkinan perlu mendapatkan tiga dosis untuk dianggap sudah divaksinasi secara lengkap.
Sumber: Reuters
Baca juga: Dua kali sepekan, siswa di dua negara bagian Australia dites COVID
Baca juga: Kasus kematian akibat COVID-19 di Australia meningkat
Pewarta: Tia Mutiasari
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2022