Hal itu disampaikan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Sumbar, Masrul Zein di Padang, Senin, terkait kunjungannya mendampingi Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno selama sepekan sejak 7 Juli 2011.
Masrul menjelaskan, pada pertemuan pelaku bisnis di Amerika itu, Duta Besar New York, Dino Patti Djalal dan Kepala BKPM Pusat, Gita Wirjawan menjelaskan peluang investasi di Indonesia.
Meskipun pada kegiatan itu, hanya empat provinsi yang dibawa BKPM Pusat, yakni Sumbar, Jawa Barat, Maluku dan Kalimantan Tengah, tapi secara umum potensi investasi nasional dijelaskan.
Selanjutnya gubernur Sumbar pada pertemuan bisnis umum itu, memaparkan potensi yang dimiliki Sumbar di antaranya sektor pariwisata, agroindustri kakao, panas bumi (geothermal) dan bidang pendidikan.
Jadi, katanya, setelah forum pertemuan bisnis umum itu, dilanjutkan dialog dengan para investor pada pertemuan personal, karena sudah disediakan ruangan khusus masing-masing provinsi.
Dalam dialog personal inilah, banyak terungkap minat investor negara Paman Sam itu, baik di sektor pariwisata, agroindustri maupun potensi panas bumi (geothermal).
Kendati demikian, kata Masrul, keinginan investor tersebut untuk implementasinya tak sama dengan membalikkan telapak tangan, karena mereka butuh waktu untuk mempelajari potensi yang ada.
Peluang itu, tambahnya, tentu tidak disia-siakan dan pihak BKPMD Sumbar akan terus berkomunikasi melalui surat elektronik dengan investor di negara Paman Sam itu.
Masrul menjelaskan, potensi alam Sumbar yang begitu menjadi perhatian investor Amerika pada pertemuan tersebut, sektor energi dan mineral. Potensi panas bumi Sumbar itu, dilirik investor dari Perusahaan Conoco Oil di AS.
Selain itu, investor negeri Adidaya itu juga tertarik berinvestasi di bidang pendidikan dan kesehatan, bahkan menawarkan kerja sama membangun rumah sakit bertaraf internasional.
Kemudian, investor AS berkeinganan berinvestasi di Indonesia bidang agroindustri, yakni pengolahan biji kakao karena Sumbar menargetkan luas lahan 108 ribu hektare pada 2011.
Terkait, selama ini produk kakao Sumbar baru pada sektor hulu sehingga kurang nilai tambah, makanya dibutuhkan pengembangan pada sektor hilirnya.
Investor Amerika, tambahnya, juga berminat untuk mengembangkan pengolahan soy bean (kacang kedelai) karena selama ini Indonesia negara pengimpor terbesar.
Melihat kondisi itu, kata Masrul, optimis investor tertarik, apalagi beberapa kunjungan gubernur ke luar negeri dalam "menjual" Sumbar menunjukkan ada tindaklanjut seperti kunjungan ke Jerman.
Buktinya, investor dari Bavaria, Jerman datang ke Sumbar melihat potensi langsung, dan bahkan pada pertengahan Juni 2011 sudah digelar pertemuan gubernur dengan delegasi Jerman di Jakarta membicarakan rencana investasi di sektor panas bumi.
"Hasil kunjungan tentu tak bisa dilihat dalam cepat, tapi kunjungan luar negeri kepala daerah, termasuk ke Jepang. Semuanya sudah mendapat respon. Nah, kunjungan ke AS kita tunggu tindak lanjutnya dari investor," katanya. (SA/A026/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011