• Beranda
  • Berita
  • Luhut: Meski kasus meningkat, perawatan RS lebih rendah dari delta

Luhut: Meski kasus meningkat, perawatan RS lebih rendah dari delta

7 Februari 2022 16:17 WIB
Luhut: Meski kasus meningkat, perawatan RS lebih rendah dari delta
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. ANTARA/HO-Kemenko Marves/Yanelis Prasenja/aa. (Handout Kemenko Marves/Yanelis Prasenja)

Masih tetap dalam borderline atau garis batas

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan meski kasus COVID-19 di Indonesia saat ini tengah kembali meningkat, namun tingkat perawatan di rumah sakit dan kematian masih jauh lebih rendah dibandingkan tahun lalu saat gelombang varian delta.

"Tren kenaikan kasus COVID-19 di Indonesia meningkat sangat pesat. Namun, secara umum dampak terhadap rumah sakit dan kematian secara keseluruhan relatif masih jauh lebih kecil dibandingkan delta," katanya dalam konferensi pers evaluasi PPKM yang dipantau secara daring di Jakarta, Senin.

Luhut mencontohkan, kenaikan kasus di Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten yang meningkat sangat pesat namun angka perawatan rumah sakit dan kematian masih relatif rendah dan lebih kecil dibandingkan gelombang delta.

Kendati demikian, ia menuturkan Provinsi Bali perlu mendapatkan perhatian khusus karena terdapat tren penambahan kasus yang sudah melebihi puncak gelombang delta. Demikian pula angka keterisian rumah sakit yang juga meningkat.

Baca juga: Menko Luhut minta pedagang kecil divaksinasi dan jaga prokes

Baca juga: Pemerintah percepat vaksinasi hingga telemedisin hadapi Omicron


"Tapi masih tetap dalam borderline (garis batas)," katanya.

Koordinator PPKM Jawa Bali itu menjelaskan level asesmen PPKM yang ditetapkan pemerintah memang memberikan bobot lebih besar terhadap rawat inap rumah sakit

Ada pun saat ini sekitar 65 persen pasien yang dirawat di rumah sakit memiliki gejala yang ringan dan tanpa gejala.

Oleh karena itu, Luhut meminta agar orang-orang terpapar Covid-19 dengan gejala ringan dan tanpa gejala untuk masuk isolasi terpusat (isoter) agar tidak membebani fasilitas kesehatan.

"Jadi kita ingin yang ringan-ringan itu, OTG, jangan masuk rumah sakit supaya BOR-nya (tingkat keterisian rumah sakit) tetap rendah. Juga kita lihat nanti (okupansi) ICU itu juga jadi indikator yang kuat," katanya.

Varian omicron tercatat menyebabkan penularan yang lebih cepat. Sejumlah negara seperti Amerika Serikat, Israel, Prancis dan Jepang mencatat angka kematian terkonfirmasi Covid-19 sudah melewati puncak delta. Namun, pola yang berbeda terjadi di negara lain seperti India atau Afrika Selatan.

"Untuk itu pemerintah terus melakukan pembaharuan data, meminta masukan dari para ahli dan menganalisis perkembangan yang terjadi di
seluruh negara sehingga bisa menjadi masukan dalam penanganan omicron di Indonesia," kata Luhut.

Baca juga: Menko Luhut: PPKM Jabodetabek naik level 3 dengan penyesuaian baru

Baca juga: Luhut kecam orang-orang yang tidak anjurkan vaksin COVID-19

 

Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022