• Beranda
  • Berita
  • Pakar: Pengendalian COVID-19 di masyarakat cegah varian baru

Pakar: Pengendalian COVID-19 di masyarakat cegah varian baru

8 Februari 2022 18:10 WIB
Pakar: Pengendalian COVID-19 di masyarakat cegah varian baru
Direktur Pasca-Sarjana Universitas YARSI Prof Tjandra Yoga Aditama. (ANTARA/HO-YARSI).

Lebih banyak penularan COVID-19 berarti lebih banyak kematian.

Direktur Pasca-Sarjana Universitas YARSI Prof Tjandra Yoga Aditama mengemukakan pengendalian penularan COVID-19 di masyarakat berperan untuk mencegah timbulnya varian baru di masa mendatang.

"Kalau penularan di masyarakat sedang tinggi seperti sekarang, maka virus harus bereplikasi untuk terus memperbanyak diri dalam penularan ini," kata Tjandra Yoga Aditama melalui pernyataan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa.

Pada waktu virus bereplikasi, kata Tjandra, maka dapat saja terjadi mutasi berkepanjangan. Hal tersebut dapat berpotensi menimbulkan varian baru.

Tjandra yang juga mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara itu menyambut baik Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 3 di beberapa daerah di Indonesia.

Baca juga: Pakar ungkap kemiripan COVID-19 India-Indonesia sebab kasus melandai

Baca juga: Pakar soroti protokol kesehatan yang mulai kendor di ruang publik


Pembatasan sosial seperti itu, kata Tjandra, diperlukan untuk menekan angka penularan di masyarakat yang terus meningkat hingga sekarang.

"Hal ini (PPKM) memang amat diperlukan karena ada potensi bahaya dengan meningkat tingginya penularan COVID-19 di masyarakat," katanya.

Selain mutasi virus, kata Tjandra, pertambahan pasien bergejala sedang dan berat berpotensi membebani pelayanan kesehatan di rumah sakit.

"Apalagi sudah dikabarkan dua hari yang lalu bahwa sudah mulai banyak petugas kesehatan yang tertular COVID-19," katanya.

Situasi menggambarkan penularan di masyarakat harus ditekan agar jumlah kasus sedang dan berat juga dapat dikendalikan sehingga pelayanan rumah sakit juga dapat lebih optimal, kata Tjandra menambahkan.

Risiko berikutnya adalah kasus kematian. "Beberapa waktu yang lalu Dirjen WHO Dr Tedros secara jelas menyebutkan bahwa more transmission of COVID-19 means more deaths (lebih banyak penularan COVID-19 berarti lebih banyak kematian)," katanya.

Hingga Senin (7/2), 82 warga Indonesia dilaporkan wafat akibat COVID-19. Jumlah itu meningkat lebih dari 15 kali dalam sebulan. "Sejak 7 Januari 2022 di mana kita bersedih karena lima warga kita wafat ketika itu," katanya.

Untuk itu Tjandra mendukung upaya pengendalian penularan COVID-19 di masyarakat sebagai salah satu upaya penting untuk menekan kasus berat yang dapat menimbulkan kematian.*

Baca juga: Pakar kedokteran UI: "Long COVID-19" harus menjadi perhatian

Baca juga: Pakar sampaikan lima usulan terkait perpanjangan PPKM

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022