Nada yang lebih hawkish dari ECB dan Federal Reserve pekan lalu membuat pasar lengah dan mengirim imbal hasil obligasi melonjak di zona euro dan AS karena antisipasi suku bunga bisa naik lebih cepat dan lebih tinggi dari yang diperkirakan sebelumnya.
Mata uang secara luas diperdagangkan sedikit berubah karena pasar menunggu data harga konsumen AS pada Kamis (10/2/2022). Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan IHK (indeks harga konsumen) tahun-ke-tahun di Januari adalah 7,3 persen.
Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya naik 0,2 persen, dengan euro turun 0,21 persen menjadi 1,1418 dolar.
Ekspektasi kenaikan suku bunga secara bersamaan telah menyebabkan beberapa respons pasar yang kacau balau tidak sepenuhnya terwujud dalam aksi harga, kata John Kicklighter, kepala strategi di DailyFX.
"Itu pasti harus kembali ke rasa normal," kata Kicklighter, menyatakan gagasan hingga tujuh kenaikan suku bunga Fed tahun ini terlalu agresif dan tidak mungkin terjadi.
"Akhirnya pasar harus mundur dari ekspektasi ekstrem mereka dan mungkin itulah yang akan menyelesaikan beberapa dorongan dan volatilitas ini," katanya.
Imbal hasil obligasi 10-tahun AS mencapai 1,97 persen pada Selasa (8/2/2022), tertinggi sejak November 2019 dan melonjak dari sekitar 1,73 persen dua minggu lalu.
Pasar memperkirakan lebih dari 70 persen peluang kenaikan 25 basis poin dan peluang hampir 30 persen untuk kenaikan 50 basis poin ketika pembuat kebijakan AS bertemu pada Maret, menurut FedWatch Tool CME.
"Pasar secara luas bergerak menyamping saat kita menunggu IHK Kamis (10/2/2022), yang semua orang tahu akan naik," kata Marc Chandler, kepala strategi pasar di Bannockburn Global Forex.
"Ini semua tentang apa yang terjadi di pasar utang," katanya. "Untuk hari kedua berturut-turut, imbal hasil Jerman dua tahun lebih lemah, dan itu menghentikan kenaikan sembilan hari. Itu ada hubungannya dengan mundurnya sikap Lagarde kemarin."
Obligasi Jerman dua tahun melonjak menjadi -0,328 persen pada Senin (7/2/2022), naik dari -0,654 pada 25 Januari. Imbal hasil turun 0,4 basis poin lebih rendah pada Selasa (8/2/2022) menjadi -0,30 persen.
Kekhawatiran obligasi sangat akut untuk apa yang disebut ekonomi periferal di Eropa, di mana imbal hasil Italia yang disesuaikan dengan inflasi hampir memasuki wilayah positif.
Lagarde memberikan nada yang lebih hati-hati, mengatakan inflasi yang tinggi tidak mungkin mengakar dan anggota dewan ECB Pablo Hernandez de Cos pada Selasa (8/2/2022) mengatakan setiap langkah bank sentral "harus bertahap".
"Dapatkah euro naik lebih tinggi jika spread periferal meletus dan jika imbal hasil riil 10-tahun Italia berubah positif? Bisakah ekonomi mengatasinya?" kata Kenneth Broux, ahli strategi di Societe Generale di London. "Itulah pertanyaan jutaan dolar yang diajukan investor."
Investor melihat dengan hati-hati lintasan masa depan antara suku bunga Eropa dan AS, karena The Fed kemungkinan akan menaikkan suku bunga lebih cepat dan lebih tinggi dari ECB dalam beberapa bulan mendatang.
Sementara pasar uang memperkirakan kenaikan suku bunga kumulatif sebanyak 134 basis poin dari The Fed tahun ini, para analis memperkirakan kenaikan 50 basis poin dari ECB.
Namun, prospek jangka pendek telah condong mendukung mata uang tunggal, dengan spread imbal hasil obligasi yang diamati secara luas antara utang 10-tahun AS dan Jerman menyempit pada akhir Januari menjadi sekitar 170 basis poin dari tertinggi April 194 basis poin.
Bitcoin menembus rata-rata 50 hari di atas 44.000 dolar AS untuk pertama kalinya dalam hampir sebulan pada Senin (7/2/2022) dan bertahan di sana di Asia dengan kenaikan lebih dari 17 persen dalam empat sesi. Bitcoin terakhir turun 1,72 persen menjadi 43.346,00 dolar AS.
Baca juga: Dolar dan euro melemah, pasar tenang dari polemik suku bunga naik
Baca juga: Euro dekati tertinggi 3 minggu di Asia, pengetatan Fed dukung dolar
Baca juga: Saham Asia berakhir melemah, euro tetap stabil jelang data inflasi AS
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022