Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menerima kunjungan kehormatan Menteri Angkatan Bersenjata Republik Prancis Florence Parly beserta delegasi di Gedung Kementerian Pertahanan di Jakarta, Kamis, guna membahas peningkatan kerja sama dan memperkuat hubungan bilateral pertahanan antara Indonesia dan Prancis.
"Kami membahas secara mendalam beberapa hal di bidang pertahanan," kata Menhan Prabowo saat jumpa pers di Jakarta, Kamis.
Pertemuan tersebut merupakan lanjutan dari Penandatanganan Persetujuan Kerja sama Pertahanan/Defence Cooperation Agreement (DCA) di Paris, pada 28 Juni 2021, untuk memperkuat dan memperluas cakupan kerja sama pertahanan.
Berdasarkan beberapa Letter of Intent alat utama sistem senjata (alutsista), Indonesia dan Prancis telah memulai Working Group Alutsista Strategis (Dassault Rafale, Scorpene Submarine, Frigate dan MBDA Missile). Sehingga, agenda selanjutnya akan mengutamakan pada pembahasan kontrak pengadaan dan alih teknologi.
Menurut Prabowo, hubungan bilateral antara Indonesia dan Perancis di bidang pertahanan telah terjalin cukup lama, sejak 1950.
"Dan saat ini, status hubungan bilateral kita di bidang pertahanan berada dalam status tertinggi yaitu kita telah menandatangani perjanjian kerja sama pertahanan pada tanggal 27 Juni 2021," tambahnya.
Hal itu, lanjutnya, memerlukan ratifikasi dari parlemen untuk bisa diimplementasikan dengan baik.
Tak hanya di bidang alutsista, kerja sama pertahanan di bidang pendidikan dan pelatihan juga dilakukan, antara lain kegiatan program pertukaran kunjungan serta rencana kunjungan marinir Indonesia ke Kaledonia Baru.
"Sampai saat ini lebih dari 300 personel militer Indonesia telah menyelesaikan program pendidikan dan pelatihan di Perancis," kata Prabowo.
Program pendidikan yang dilaksanakan di Prancis pada tahun 2021 adalah pendidikan setingkat Sekolah Staf dan Komandan Angkatan Darat (Seskoad) dan Sekolah Spesialisasi Angkatan Laut.
Sebagai tindak lanjut dari pertemuan Menteri Luar Negeri RI dan Menteri Luar Negeri Prancis, pada November 2021, di Jakarta, Kemhan menyambut baik rencana pengembangan mekanisme kerja sama 2+2 antara Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Pertahanan kedua negara, guna peningkatan kerja sama kedua negara, jelasnya.
Pertemuan bilateral antara Kemhan RI dan Delegasi Menteri Angkatan Bersenjata Republik Perancis tersebut diakhiri dengan penandatanganan beberapa perjanjian kerja sama, dengan disaksikan langsung oleh Prabowo dan Florence Parly.
Perjanjian kerja sama tersebut antara lain ialah kontrak pembelian enam pesawat tempur Dassault Rafale antara Kepala Badan Sarana Pertahanan (Kabaranahan) Kemhan dengan Dassault Aviation, memorandum of understanding (MoU) kerja sama bidang research and development kapal selam antara PT PAL dengan Naval Grup, kerja sama antara Dassault Aviation dan PT DI untuk maintenance, repair dan overhaul pesawat-pesawat Prancis di Indonesia, kerja sama bidang telekomunikasi antara PT LEN dan Thales Group, serta kerja sama pembuatan munisi kaliber besar antara PT Pindad dan Nexter Munition.
Florence Parly menyambut baik penandatanganan sejumlah nota kesepahaman tersebut serta penandatanganan kontrak pengadaan pesawat tempur Rafale oleh Indonesia.
"Kami senang sekali Indonesia memilih Perancis sebagai mitra dalam program modernisasi alutsista khususnya untuk pesawat tempur. Saya yakin perusahaan Indonesia dapat menjalin kemitraan untuk mendukung program modernisasi Alutsista TNI yang lain demi mengembangkan industri strategis nasional Indonesia," kata Parly.
Menurut dia, pilihan Indonesia untuk pengadaan Dassault Rafale merupakan pilihan kedaulatan dan keunggulan teknis, sebab pesawat tempur tersebut telah memberikan kapasitas operasional pada banyak kesempatan dan masih menjalankan misi di sejumlah medan yang sangat menantang.
"Pilihan ini menunjukkan kepercayaan Indonesia terhadap Perancis sebagai bukti kemitraan strategis kita sangat kuat dan dinamis," Florence Parly.
"Kami membahas secara mendalam beberapa hal di bidang pertahanan," kata Menhan Prabowo saat jumpa pers di Jakarta, Kamis.
Pertemuan tersebut merupakan lanjutan dari Penandatanganan Persetujuan Kerja sama Pertahanan/Defence Cooperation Agreement (DCA) di Paris, pada 28 Juni 2021, untuk memperkuat dan memperluas cakupan kerja sama pertahanan.
Berdasarkan beberapa Letter of Intent alat utama sistem senjata (alutsista), Indonesia dan Prancis telah memulai Working Group Alutsista Strategis (Dassault Rafale, Scorpene Submarine, Frigate dan MBDA Missile). Sehingga, agenda selanjutnya akan mengutamakan pada pembahasan kontrak pengadaan dan alih teknologi.
Menurut Prabowo, hubungan bilateral antara Indonesia dan Perancis di bidang pertahanan telah terjalin cukup lama, sejak 1950.
"Dan saat ini, status hubungan bilateral kita di bidang pertahanan berada dalam status tertinggi yaitu kita telah menandatangani perjanjian kerja sama pertahanan pada tanggal 27 Juni 2021," tambahnya.
Hal itu, lanjutnya, memerlukan ratifikasi dari parlemen untuk bisa diimplementasikan dengan baik.
Tak hanya di bidang alutsista, kerja sama pertahanan di bidang pendidikan dan pelatihan juga dilakukan, antara lain kegiatan program pertukaran kunjungan serta rencana kunjungan marinir Indonesia ke Kaledonia Baru.
"Sampai saat ini lebih dari 300 personel militer Indonesia telah menyelesaikan program pendidikan dan pelatihan di Perancis," kata Prabowo.
Program pendidikan yang dilaksanakan di Prancis pada tahun 2021 adalah pendidikan setingkat Sekolah Staf dan Komandan Angkatan Darat (Seskoad) dan Sekolah Spesialisasi Angkatan Laut.
Sebagai tindak lanjut dari pertemuan Menteri Luar Negeri RI dan Menteri Luar Negeri Prancis, pada November 2021, di Jakarta, Kemhan menyambut baik rencana pengembangan mekanisme kerja sama 2+2 antara Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Pertahanan kedua negara, guna peningkatan kerja sama kedua negara, jelasnya.
Pertemuan bilateral antara Kemhan RI dan Delegasi Menteri Angkatan Bersenjata Republik Perancis tersebut diakhiri dengan penandatanganan beberapa perjanjian kerja sama, dengan disaksikan langsung oleh Prabowo dan Florence Parly.
Perjanjian kerja sama tersebut antara lain ialah kontrak pembelian enam pesawat tempur Dassault Rafale antara Kepala Badan Sarana Pertahanan (Kabaranahan) Kemhan dengan Dassault Aviation, memorandum of understanding (MoU) kerja sama bidang research and development kapal selam antara PT PAL dengan Naval Grup, kerja sama antara Dassault Aviation dan PT DI untuk maintenance, repair dan overhaul pesawat-pesawat Prancis di Indonesia, kerja sama bidang telekomunikasi antara PT LEN dan Thales Group, serta kerja sama pembuatan munisi kaliber besar antara PT Pindad dan Nexter Munition.
Florence Parly menyambut baik penandatanganan sejumlah nota kesepahaman tersebut serta penandatanganan kontrak pengadaan pesawat tempur Rafale oleh Indonesia.
"Kami senang sekali Indonesia memilih Perancis sebagai mitra dalam program modernisasi alutsista khususnya untuk pesawat tempur. Saya yakin perusahaan Indonesia dapat menjalin kemitraan untuk mendukung program modernisasi Alutsista TNI yang lain demi mengembangkan industri strategis nasional Indonesia," kata Parly.
Menurut dia, pilihan Indonesia untuk pengadaan Dassault Rafale merupakan pilihan kedaulatan dan keunggulan teknis, sebab pesawat tempur tersebut telah memberikan kapasitas operasional pada banyak kesempatan dan masih menjalankan misi di sejumlah medan yang sangat menantang.
"Pilihan ini menunjukkan kepercayaan Indonesia terhadap Perancis sebagai bukti kemitraan strategis kita sangat kuat dan dinamis," Florence Parly.
Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Fransiska Ninditya
Copyright © ANTARA 2022