• Beranda
  • Berita
  • Indonesia serukan perdamaian untuk redakan ketegangan Rusia-Ukraina

Indonesia serukan perdamaian untuk redakan ketegangan Rusia-Ukraina

10 Februari 2022 17:49 WIB
Indonesia serukan perdamaian untuk redakan ketegangan Rusia-Ukraina
Seorang veteran batalion Tentara Nasional Ukraina melakukan latihan militer untuk warga sipil di tengah ancaman serangan Rusia di Kyiv, Rusia, Minggu (30/1/2022). ANTARA/REUTERS/Gleb Garanich/WSJ/cfo.
Indonesia mengikuti dengan penuh keprihatinan perkembangan situasi di perbatasan Rusia dan Ukraina, serta menyerukan perdamaian untuk meredakan ketegangan antara kedua negara tersebut.

Peningkatan ketegangan di perbatasan Ukraina juga disinggung oleh Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dalam pembicaraan telepon dengan Menlu Rusia Sergey Lavrov pada Rabu (9/2).

“Ini yang selalu disampaikan oleh Menlu (Retno) dalam komunikasi beliau dengan mitranya bahwa conflict benefits no one (konflik tidak menguntungkan siapa pun—red),” kata Kepala Biro Dukungan Strategis Pimpinan Kemlu Achmad Rizal Purnama mengenai pembicaraan tersebut, ketika menyampaikan paparan media secara daring pada Kamis.

Dalam pernyataannya terkait situasi Ukraina, Indonesia mendesak semua pihak agar dapat menahan diri dan diberikan kesempatan bagi dialog dan diplomasi untuk bekerja karena dalam situasi sulit saat ini semua negara bertanggung jawab untuk melakukan pesan perdamaian.
 

Terlebih dalam situasi pandemi saat ini, Indonesia menegaskan pentingnya dunia untuk berfokus pada upaya mengatasi pandemi dan memulihkan ekonomi.

“Kita tidak ingin melihat adanya disabilitas di mana pun itu, apalagi terjadinya konflik,” ujar Rizal.

Ketegangan antara Rusia dan Ukraina kembali meningkat ketika Moskow menempatkan sekitar 100.000 tentara di dekat perbatasan Ukraina.

Langkah ini dikhawatirkan sebagai upaya Rusia untuk menginvasi Ukraina, yang kemudian memicu respon keras termasuk ancaman sanksi oleh Amerika Serikat dan negara-negara Eropa.

Rusia membantah anggapan tersebut tetapi mengancam akan mengambil tindakan militer kecuali tuntutannya soal jaminan keamanan dipenuhi oleh Barat.

Presiden Rusia Vladimir Putin sebelumnya menuntut perubahan dalam pengaturan keamanan di Eropa, termasuk janji bahwa Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) tidak akan pernah mengakui Ukraina, bahwa rudal tidak akan pernah dikerahkan ke dekat perbatasan Rusia, dan bahwa aliansi Barat itu akan mengurangi infrastruktur militer.

Baca juga: AS siagakan pasukan di tengah ketegangan di perbatasan Rusia-Ukraina
Baca juga: Rusia kirim 2 batalyon rudal S-400 ke Belarus untuk latihan militer
Baca juga: AS peringatkan warga agar tidak kunjungi Rusia

Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2022