Negara itu berulang kali menghadapi merebaknya wabah COVID-19, tetapi semua berhasil dibendung oleh upaya pengendalian pemerintah seperti kebijakan karantina wilayah (lockdown) di Kota Xi'an belum lama ini, yang membuat 13 juta orang tetap berada di rumah selama sekitar satu bulan hingga akhir Januari, menurut laporan itu.
"Beberapa putaran tes massal dan pelacakan kontak sejauh ini sudah cukup untuk mengendalikan wabah varian Omicron baru-baru ini di Beijing, Tianjin, Hangzhou, dan sejumlah tempat lainnya," kata laporan tersebut, yang terbit pada Selasa (8/2) dengan judul "Mengapa Dunia Membutuhkan Kebijakan Nol-COVID China."
Selama dua tahun terakhir, kebijakan lockdown nol-toleransi, tes massal, dan karantina ketat di perbatasan China telah mencegah sejumlah besar kematian akibat COVID-19 di negara itu dan memastikan segala jenis produk, mulai iPhone dan Tesla hingga pupuk dan suku cadang mobil, terus mengalir ke seluruh dunia.
"Jika konsumen dan kalangan bisnis ingin terus membeli barang-barang buatan China tanpa harus menanggung kelangkaan dan kenaikan harga lebih lanjut, mereka sudah seharusnya mendukung China untuk tetap menganut kebijakan 'Nol-COVID'", papar Bloomberg dalam laporannya.
Pewarta: Xinhua
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2022