• Beranda
  • Berita
  • Akademisi: Kalsel miliki potensi energi terbarukan cukup besar

Akademisi: Kalsel miliki potensi energi terbarukan cukup besar

11 Februari 2022 13:45 WIB
Akademisi: Kalsel miliki potensi energi terbarukan cukup besar
Guru Besar Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Gusti Muhammad Hatta. (ANTARA/HO/Syamsuddin Hasan)

Khusus Kalsel, kita memiliki sumber daya, PLTS, PLTB dan PLTA yang cukup potensial

Guru Besar Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Gusti Muhammad Hatta berpendapat Kalimantan Selatan  memiliki potensi  energi baru terbarukan cukup besar namun belum termanfaatkan secara maksimal.

Menurut Hatta yang juga mantan Menteri Riset dan Teknologi (Menrestek) RI di Banjarmasin Jumat, beberapa contoh energi baru terbarukan yang cukup potensial di Indonesia termasuk di Kalsel antara lain matahari atau surya, angin, dan air.

Hatta mengungkapkan, sumber daya energi terbarukan ramah lingkungan atau tidak berdampak pada kerusakan lingkungan tersebut antara lain, Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB), dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).

"Khusus Kalsel, kita memiliki sumber daya, PLTS, PLTB dan PLTA yang cukup potensial," lanjutnya.

Baca juga: Luhut: Butuh 8,58 miliar dolar investasi untuk pensiun dini PLTU

Sayangnya, hingga kini Kalsel yang kini berpenduduk lebih empat juta jiwa dan tersebar pada 13 kabupaten/kota masih dominan memanfaatkan energi yang tak terbarukan seperti Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).

Selain itu, juga menggunakan batu bara dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) dengan menggunakan minyak bumi.

 Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang relatif besar baru pada Waduk Riam Kanan, Kabupaten Banjar yaitu PLTA Ir Pangeran Mohammad Noor dengan kapasitas terpasang 2 X 10 megawatt (MW), itupun hibah dari Pemerintah Jepang yang pembangunannya dilakukan Tahun 1970-an.

Hanya saja untuk membangun energi di luar dari tenaga batu bara, minyak bumi, dan gas, memerlukan investasi yang besar walaupun teknologi mengenai itu sudah dikuasai.

Baca juga: Berkat teknologi, harga listrik EBT kian murah ketimbang fosil

Menurut dia, pilihan terbaik jika ingin menggantikan batu bara, minyak bumi, dan gas adalah air, apalagi Kalsel, banyak sungai yang bisa dibendung untuk PLTA tersebut.

Jika ada sebuah PLTA tentu harus tersedia debit air yang banyak, dan untuk menjaga agar debit air itu tetap banyak,tentu harus banyak hutan yang lestari.

"Makanya jika ingin lingkungan tetap sehat, harus gunakan PLTA seraya melakukan pelestarian hutan, melakukan penanaman pohon penghijauan, agar hutan-hutan yang gundul segera hijau menjadi kawasan resapan air untuk menjaga agar PLTA tersebut terus beroperasi.

Hatta menyambut gembira program revolusi hijau yang digaungkan pemerintah provinsi Kalsel, karena program tersebut tentu bertujuan memperkuat tutupan lahan yang tentu pula menjadi kawasan resapan air.
Potret bendungan Tapin (ANTARA / HO PPK Bendungan Tapin Amir Rahman)


Dalam upaya menjaga lingkungan tetap lestari tersebut memang diperlukan sebuah gerakan masyarakat dalam upaya terus menjaga lingkungan dan ikut menanam, galakkan gerakan masyarakat cinta lingkungan, sekolah adiwiyata dilanjutkan termasuk pesantren, dan juga perguruan tinggi.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalsel Hanifah Dwi Nirwana mengungkapkan, saat ini Pemprov Kalsel bersama seluruh dinas terkiat, terus berupaya mencari potensi pengembangan energi terbarukan.

Seperti pengembangan energi mikro hydro, yang sempat dikembangkan dengan masif, namun kini kembali mereda, karena beberapa kendala.

Selain itu, upaya pengembangan energi bayu yang sedang disusun rencana pengembangannya oleh ESDM.

"Beberapa energi lain yang telah dikembangkan adalah energi dari kotoran sapi, sampah dan lainnya. Sayangnya seluruh potensi tersebut belum dikembangkan secara masif, baru sebatas di spot-spot tertentu saja," katanya.

Ke depan kata dia, Kalsel selayaknya sudah harus terus didorong untuk menjadi pusat pengembangan energi ramah lingkungan.



 

Pewarta: Ulul Maskuriah/Syamsuddin Hasan/Hasan Zainuddin
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2022