• Beranda
  • Berita
  • Pentingnya rencanakan kehamilan untuk cegah stunting

Pentingnya rencanakan kehamilan untuk cegah stunting

14 Februari 2022 14:12 WIB
Pentingnya rencanakan kehamilan untuk cegah stunting
Webinar "Pentingnya Peran Kontrasepsi Modern untuk Menyukseskan Program Keluarga Berencana dan Meningkatkan Kesehatan Reproduksi" pada Senin (14/2/2022) (ANTARA/Maria Cicilia Galuh)
Kehamilan yang tidak dipersiapkan dengan baik beresiko tinggi meningkatkan stunting karena kurangnya asupan gizi dan nutrisi pada ibu hamil dan terlalu dekatnya jarak antar kehamilan.

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN), Dr. (HC) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG. (K) mengatakan bahwa setiap kehamilan harus direncanakan dengan baik dan matang. Saat ini, prevalensi stunting pada bayi lahir sudah mencapai angka 23 persen.

"Oleh karena itu, pasangan usia subur diharapkan mendapatkan informasi dan sosialisasi yang cukup akan manfaat dan pentingnya penggunaan KB," ujar dr. Hasto dalam webinar Durex pada Senin.

Baca juga: IDAI sarankan pendataan akurat data kelahiran anak di Surabaya

Penggunaan alat kontrasepsi ini dinilai mampu menekan angka kehamilan tidak diinginkan (KTD), angka Kematian Ibu (AKI) dan juga angka kematian bayi (AKB).

Perencanaan keluarga melalui penggunaan kontrasepsi moderen juga sangat penting dalam mencegah stunting bagi penerus bangsa.

Dalam lima tahun terakhir, proporsi perempuan menikah yang tidak berpartisipasi dalam program Keluarga Berencana (KB) hampir selalu meningkat. Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2020, angka perempuan menikah yang tidak berpartisipasi dalam program Keluarga Berencana meningkat menjadi 31,2 persen atau sejumlah 15,37 juta perempuan.

Hal ini juga dipengaruhi oleh munculnya pandemi COVID-19 yang telah menyebabkan menurunnya kapasitas layanan kesehatan reproduksi di berbagai fasilitas kesehatan sehingga membatasi akses masyarakat terhadap alat kontrasepsi selama pandemi.

Hal tersebut tentunya memunculkan fenomena Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD). Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mencatat, penurunan penggunaan alat kontrasepsi di kalangan masyarakat telah berdampak pada terjadinya 500.000 angka kehamilan tidak diinginkan (KTD) pada 2021.

Tingginya angka KTD dapat mengakibatkan berbagai risiko pada perempuan hamil yang meliputi depresi, gangguan kecemasan, tingkat stes, stunting pada bayi, dan bahkan berkontribusi pada angka kematian Ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKI).

Ketua Umum Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Dr. Emi Nurjasmi, M.Kes mengatakan pandemi telah berpengaruh signifikan pada menurunnya penggunaan alat kontrasepsi di masyarakat, hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya angka kehamilan dan kelahiran.

Selain itu, hal ini juga memunculkan tantangan baru bagi para bidan di seluruh Indonesia dalam hal menyediakan informasi dan penyuluhan yang mumpuni tentang pentingnya keluarga berencana bagi para pasangan usia subur.

"Oleh karena itu, kami dengan para pemangku kepentingan lainnya akan terus mendorong penerapan program Keluarga Berencana. Dalam hal ini, kondom dapat menjadi opsi alat kontrasepsi yang dapat digunakan oleh pasangan usia subur," kata Emi.

Baca juga: Banda Aceh dukung kampanye menyusui turunkan angka kematian anak

Baca juga: Anies: "Stunting" dan "obesitas" sama-sama ekstrem

Baca juga: Hari Gizi Nasional dan isu pangan lokal di tengah pandemi

Pewarta: Maria Cicilia
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2022