Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Agam, Sumatera Barat, mencatat kematian ikan di Danau Maninjau secara massal bertambah menjadi 130 ton dengan kerugian petani mencapai Rp2,6 miliar.Ikan yang mati itu bertambah dari 40 ton pada Senin pagi menjadi 120 ton pada Senin sore dengan ukuran siap panen
"Ikan yang mati itu bertambah dari 40 ton pada Senin pagi menjadi 120 ton pada Senin sore dengan ukuran siap panen," kata Kepala Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Agam Rosva Deswira di Lubukbasung, Sumatera Barat (Sumbar), Senin.
Ia mengatakan ke 120 ton ikan itu berada di Rambai, Nagari Koto Malintang, sebanyak 50 ton tersebar di 76 petak keramba jaring apung milik 30 petani. Setelah itu di Linggai, Nagari Duo Koto, sebanyak 80 ton tersebar di 100 petak keramba jaring apung milik 15 petani.
"Kematian ikan itu terus bertambah dan penyuluh perikanan Kecamatan Tanjungraya sedang melakukan pendataan," katanya.
Dengan kejadian itu, kata dia, menyebabkan petani mengalami kerugian sekitar Rp2,6 miliar karena harga ikan tingkat petani sekitar Rp20 ribu per kilogram.
Baca juga: Menteri Trenggono tawarkan budi daya air tenang di Danau Maninjau
Untuk itu ia mengimbau petani agar memanen ikan secara dini dan dipindahkan ke kolam air tenang, agar tidak ikut mati.
"Ini untuk mengantisipasi kerugian material cukup banyak," katanya.
Ia mengatakan ikan ini mati akibat kekurangan oksigen semenjak Jumat (11/2) sore, setelah curah hujan disertai angin kencang melanda daerah itu cukup tinggi.
Setelah itu ikan mengalami pusing dan mengapung ke permukaan danau. Beberapa jam kemudian ikan menjadi mati dan mengapung.
"Bangkai ikan mengapung di permukaan Danau Maninjau," katanya.
Ia mengatakan kematian ikan secara massal ini merupakan perdana pada 2022. Sedangkan selama 2021 sebanyak 1.764 ton dengan kerugian sekitar Rp35,28 miliar.
Baca juga: Kerugian matinya ikan Danau Maninjau capai Rp35,28 miliar
Pewarta: Altas Maulana
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022