"Kami sedang memproses pemindahan operasi kedutaan di Ukraina untuk sementara waktu dari kedutaan kami di Kiev ke Lviv karena percepatan dramatis penambahan pasukan Rusia," kata Blinken.
"Kedutaan akan tetap (menjalin kontak) dengan pemerintah Ukraina, mengoordinasikan keterlibatan diplomatik di Ukraina," lanjutnya.
Dia menambahkan bahwa negaranya juga akan tetap "(menjalin kontak) dengan pemerintah Rusia" dan "jalur diplomasi masih tetap terbuka."
Deplu AS pada Sabtu (12/2) memerintahkan penarikan sebagian besar karyawan AS yang direkrut langsung dari kedutaan di Kiev, sebuah keputusan yang menurut klaimnya diambil "karena ancaman berkelanjutan dari aksi militer Rusia" terhadap Ukraina.
Menurut deplu, layanan paspor, visa, maupun konsuler rutin lainnya telah ditangguhkan sejak Minggu (13/2) dan tugas misi tim diplomatik AS kini dikurangi menjadi hanya "menangani situasi darurat" di Lviv.
Jajaran diplomat tinggi dan pejabat pertahanan AS dan Rusia mengadakan pembicaraan telepon terpisah pada Sabtu guna membahas krisis Ukraina, yang kemudian dilanjutkan dengan pembicaraan penting melalui telepon pada hari yang sama antara Presiden AS Joe Biden dan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Selain mengevakuasi staf diplomatiknya, AS juga mendesak warga negaranya yang sedang berada di Ukraina agar segera keluar dari negara tersebut, memperingatkan bahwa mereka yang memilih untuk tetap tinggal tidak akan dapat mengandalkan militer AS untuk penyelamatan jika perang pecah di Ukraina.
Washington telah merilis data intelijen yang menyatakan invasi Rusia akan segera terjadi di Ukraina, tetapi menolak untuk merincinya. Sementara itu, Moskow telah berulang kali membantah niat untuk melakukan invasi, dengan menuding pemerintahan Biden dilanda "histeria."
Pewarta: Xinhua
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2022