Puluhan hektare lahan sawit di Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan, siap dipanen setelah diremajakan melalui program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) pada tiga tahun lalu.Memang beda-beda, lahan saya kemungkinan Juni ini sudah bisa dipanen, tapi ada juga yang sudah panen sejak akhir tahun lalu....
Aditya Wibihafsoro, petani sawit di Desa Sidomulyo Kecamatan Gunung Megang, Kabupaten Muara Enim, yang dihubungi dari Palembang, Selasa, mengatakan, lantaran menggunakan bibit berkualitas membuat panen sudah bisa dilakukan kurang dari tiga tahun.
“Memang beda-beda, lahan saya kemungkinan Juni ini sudah bisa dipanen, tapi ada juga yang sudah panen sejak akhir tahun lalu punya petani di desa ini juga,” kata Aditya.
Baca juga: Realisasi dana Peremajaan Sawit Rakyat 2016-2021 Rp6,59 triliun
Ia bersama sekitar 50 petani sawit di kampungnya Desa Sidomulyo mengikuti program PSR pada 2018, dengan diberikan alokasi maksimal dua hektare tiap petani.
Dalam satu hektare, setidaknya dibutuhkan 135 batang bibit sawit dengan biaya total peremajaan Rp25 juta yang disubsidi pemerintah.
Syarat yang diwajibkan pemerintah yakni lahan tersebut merupakan milik sendiri yang dibuktikan dengan surat kepemilikan (sertifikat lahan).
Saat ini harga sawit di tingkat pengepul mencapai Rp3.000 per kilogram. Walau demikian, harga sawit sempat anjlok di kisaran rendah Rp800 per kilogram pada 2018.
Sebagian besar petani lebih suka menjual ke pengepul dibandingkan ke pabrik pengolahan CPO karena ingin mendapatkan pelunasan pembayaran.
Sementara itu jika ke pabrik, pembayaran diatur berdasarkan termin yakni tiap dua pekan atau tiap empat pekan.
Selain itu, jika menjual ke pabrik maka akan menambah biaya transportasi sekitar Rp250 per kilogram karena petani harus mengantarkan sendiri.
Baca juga: Pemkab Nagan Raya usulkan peremajaan 3.300 ha kebun sawit ke Kementan
Kepala Dusun II Desa Sidomulyo, Kecamatan Gunung Megang, Kabupaten Muaraenim, Yudiansyah Desa Sidomulyo mengatakan petani di kampungnya saat ini bersukacita karena harga sawit di kisaran tinggi.
Apalagi, lahan yang diremajakan sudah siap panen pada tahun ini juga. “Artinya, mereka yang mengikuti PSR tahun 2018 dan 2019 akan menikmati harga yang tinggi,” kata dia.
Ia mengatakan sebagian besar warga di kampungnya tertarik meremajakan lahan sawit yang dimiliki sudah tidak produktif lagi karena berusia di atas 25 tahun.
Selain itu, beberapa warga juga saat ini mengalihfungsikan lahan karet ke lahan sawit karena harga karet terus anjlok dalam beberapa tahun terakhir. “Umumnya karena lahan karetnya juga sudah tua, jadi ditebang lalu diganti dengan kebun sawit,” kata dia.
Fungsional Analis Prasarana dan Sarana Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan Rudi Arpian mengatakan bukan hanya petani di Muara Enim yang merasakan manfaat dari PSR tapi juga petani di Musi Banyuasin.
Petani Muba yang mengikuti program peremajaan lahan sawit sejak 2017 sudah panen pada 2020 karena menggunakan bibit yang berkualitas.
Usia tanaman menghasilkan (TM) sudah berproduksi lebih awal dari yang ditargetkan, dari semula 38 bulan tetapi saat usia 27 bulan sudah produksi, kata dia.
Muba sejauh ini menjadi daerah yang mampu merealisasikan program PSR terluas di Indonesia dengan mencapai 14.919 hektare. Dari total luas tersebut, lahan seluas 4.446 hektare di antaranya sudah berproduksi, kata dia.
Pewarta: Dolly Rosana
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2022