Warga Tionghoa di Belitung rayakan Cap Goh Meh

15 Februari 2022 13:55 WIB
Warga Tionghoa di Belitung rayakan Cap Goh Meh
Seorang warga keturunan Tionghoa bersembahyang di salah satu altar Kelenteng Hok Tek Che Tanjung Pandan Belitung merayakan Cap Goh Meh 2573 Khongzili (ANTARA/Kasmono)

Lampion juga menandakan kesejahteraan anggota keluarga

Warga Keturunan Tionghoa Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, merayakan Cap Goh Meh yang berlangsung pada hari ke-15 atau hari terakhir perayaan Tahun Baru Imlek 2573 Khongzili.

"Cap Goh Meh juga menandakan berakhirnya segala rangkaian Imlek tepat lima belas hari setelah Tahun Baru Imlek 2573 Khongzili," kata Tokoh Masyarakat Tionghoa Belitung, Ayie Gardiansyah di Tanjung Pandan, Selasa.

Menurut dia, perayaan Cap Goh Meh merupakan tradisi yang dilaksanakan pada masa Dinasti Han (206 SM - 221 M) dan terus dilestarikan secara turun temurun sampai saat ini.

Warga Tionghoa kala itu merayakan Cap Goh Meh dengan menghias rumahnya masing-masing dan jalanan di sekitar lingkungan tempat tinggal dengan lampion sebagai simbol rasa kebahagiaan.

Baca juga: Masih pandemi, Bupati Sambas: Imlek-Cap Go Meh tak perlu pawai

Baca juga: Bima Arya sebut keberagaman penduduk Singkawang pantas jadi contoh


Maka dari itu, lanjut Ayie, perayaan Cap Goh Meh juga sering disebut oleh masyarakat Tionghoa dengan festival lampion.

"Lampion juga menandakan kesejahteraan anggota keluarga yang berada di dalam rumah," ujarnya.

Ayie menambahkan, selain itu, Cap Goh Meh juga menandakan datangnya musim tanam sehingga para petani menyambutnya dengan suka ria dikarenakan akan kembali bekerja.

"Para akan petani kembali ke sawah dan ladang dengan harapan di tahun yang baru membawa berkah bagi pertanian mereka," katanya.

Menurutnya, mengingat situasi masih berada di tengah pandemi COVID-19 maka perayaan Cap Goh Meh di daerah itu dirayakan dengan sederhana.

"Jika sebelum pandemi perayaan Cap Goh Meh di Belitung selalu isi dengan acara dan festival sebagai promosi pariwisata Belitung," ujar dia.

Baca juga: Festival CGM dan Tatung Singkawang ditetapkan sebagai WBTB oleh UNESCO

 

Pewarta: Kasmono
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022