"Ada temuan bahwa beberapa kali daerah perbatasan Motaain di Timor Barat menjadi tempat transaksi narkoba jenis shabu menuju Timor Leste. Temuan itu kini sedang dianalisa oleh kedua negara," kata Gories Mere saat memberikan sambutan sebagai Pembina Profesional dan Usahawan Katolik (Pukat) dalam acara Temu Aktualisasi Spiritualitas (TAS) Pukat ke-2 di rumah jabatan Gubernur NTT di Kupang, Minggu malam.
Hasil investigasi BNN, kata dia, perdagangan ilegal narkoba yang dibawa ke Timor Leste menggunakan jalan darat, yakni melalui daerah perbatasan Motaain di wilayah Timor Barat Provinsi NTT.
"Barang yang dibawa berupa shabu yang diduga berasal dari Surabaya, dan alat canggih yang dimiliki negara Timor Leste mampu mendeteksi kendaraan yang membawa barang terlarang itu," katanya.
Ia menambahkan keberadaan kendaraan yang mengangkut shabu tersebut kini sedang diinvestigasi, dianalisa dan diteliti oleh kedua negara yakni Timor Leste dan Indonesia.
Ia menjelaskan untuk mencegah agar transaksi narkoba di Motaain tidak berlanjut, BNN akan membangun posko khusus memantau transaksi narkoba kedua negara.
"Di Motaain dalam waktu dekat akan dibangun posko untuk memantau perdagangan ilegal narkoba, karena di Motaain lalu lintas manusia paling ramai," katany.
Menurut Gories Mere, negara Timor Leste yang baru 11 tahun menjadi negara otonom, sudah difasilitasi oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) sebuah alat canggih untuk mendeteksi narkoba yang diletakkan di dalam mobil.
"Negara Timor Leste sudah memiliki teknologi forensik yang sangat modern untuk memantau orang yang membawa narkoba, sementara kita masih menggunakan pos seperti warung di pinggir jalan," ujarnya.
Ia mengatakan, pada 2008 dan tahun 2009, sebanyak dua persen atau sekitar 3,6 juta atau 3,8 juta orang penduduk Indonesia terkena HIV/AIDS.
"Saya mengajak seluruh anggota Pukat di Indonesia untuk bersama-sama mencegah perdagangan ilegal narkoba dan tidak memakai narkoba," katanya. (ANT296/E005/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011