"Kami semua berharap proses uji klinis bisa dilakukan dengan baik," kata Handoko saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Rabu.
Handoko juga mengharapkan data yang dihasilkan dari uji klinis tahap 1 tersebut dapat memberikan keyakinan kepada Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sebagai otoritas atas efikasi dari vaksin Merah Putih yang diujicobakan.
"Sehingga bisa masuk ke fase uji klinis tahap II untuk melihat keamanannya," ujarnya.
Baca juga: BRIN: Uji klinis fase 1 vaksin Unair, lompatan besar
Vaksin Merah Putih Unair tersebut diharapkan pada akhirnya dapat mendapatkan izin edar darurat dari BPOM untuk diproduksi dan dipakai sebagai vaksin primer maupun penguat (booster).
Di tengah pandemi COVID-19, keberadaan vaksin sangat dibutuhkan. Oleh karenanya, jika Indonesia mampu menghasilkan vaksin COVID-19 secara mandiri, itu akan dapat membantu memenuhi kebutuhan vaksin dalam negeri.
Sebelumnya, uji klinis fase 1 vaksin Merah Putih Unair dimulai pada 9 Februari 2022 di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Soetomo Surabaya, Jawa Timur.
Sebanyak 90 relawan berusia minimal 18 tahun disuntik dengan menggunakan vaksin Merah Putih tersebut.
Pengembangan vaksin Merah Putih dilakukan Unair bekerja sama dengan PT Biotis Pharmaceuticals Indonesia, dan berkolaborasi dengan RSUD Dr Soetomo.
PT Biotis Pharmaceuticals berharap dapat memproduksi vaksin untuk COVID-19 itu secara massal pada Agustus 2022.
"Mulai Agustus (2022) kita mulai rilis produk secara massal," ujar Direktur Utama PT Biotis Pharmaceuticals FX Sudirman di Kantor MUI Jakarta, Kamis (10/2).
Pada tahap pertama uji klinis menyasar 90 orang. Sementara pada fase kedua akan menyasar sekitar 400 orang untuk imunogenitas vaksin dan uji klinik tahap ketiga untuk menguji efikasi vaksin akan melibatkan sekitar 3.000 orang.
Baca juga: BPJPH segera terbitkan sertifikat halal vaksin Merah Putih
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2022