"Salah satu solusi yang bisa diambil adalah menggunakan teknologi pengelolaan sumber daya iklim dan air untuk adaptasi perubahan Iklim," kata Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dalam keterangan tertulisnya yang diterima Antara di Bogor, Rabu.
Ia menyebutkan, dampak perubahan iklim menjadi tantangan yang sangat besar bagi sektor pertanian. Maka, salah satu solusinnya yaitu mengandalkan teknologi pengelolaan sumber daya iklim dan air untuk adaptasi perubahan iklim.
Baca juga: Kementan canangkan program IP Padi 400 seluas 5.000 hektare di Bantul
Menurut Syahrul, pelatihan bertema "Adaptasi dan Mitigasi Pertanian Terhadap Perubahan Iklim" itu dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk transfer pengetahuan.
"Untuk menyukseskan pelatihan, sosialisasi terus dilakukan oleh BPPSDMP melalui UPT Pelatihan Pertanian terhadap wilayah kerjanya masing-masing terutama untuk mencapai jumlah peserta melalui registrasi online," terang Syahrul.
Ia mengaku terus mendorong inovasi pertanian sehingga mampu beradaptasi dengan perubahan iklim. Dirinya juga berharap pelatihan tersebut dapat melahirkan inovasi-inovasi dalam rangka pelaksanaan adaptasi dan mitigasi iklim.
“Khususnya untuk mengantisipasi perubahan iklim ekstrem yang terjadi di Indonesia. Kita punya alam yang bagus keterampilan yang banyak dan semua harus terus kita perbaiki,” tuturnya.
Sementara Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi, mengatakan, Indonesia saat ini didera perubahan iklim yang sangat ekstrim dan pandemi COVID-19 yang belum usai.
"Hal ini berdampak pada sendi-sendi kehidupan kita yang benar-benar terpuruk," kata Dedi.
Baca juga: Kementan: ekspor pertanian naik sejalan dengan kesejahteraan petani
Menurut dia, dalam kondisi demikian, Kementerian Pertanian harus tetap menjaga bagaimana caranya produktivitas dan produksi pertanian terus meningkat.
"Karena, tidak mungkin jika produktivitas turun kita bisa eksis. Mau tidak mau, siap tidak siap, suka tidak suka, produktivitas harus naik. Solusinya adalah smart farming dan digitalisasi pertanian," terangnya.
Dedi menegaskan, pelatihan sejuta petani dan penyuluh merupakan program reguler maksimum yang perlu terus disukseskan dalam rangka meningkatkan pengetahuan petani dan penyuluh.
"Pelatihan sejuta petani dan penyuluh merupakan simbol yang artinya Kementan melakukan pelatihan yang massif di seluruh tanah air, dimana tujuan dan harapannya adalah untuk mendorong terimplementasinya pertanian berkelanjutan," papar Dedi.
Peserta pelatihan ditargetkan sebanyak 1.568.483 orang terdiri dari petani dan insan pertanian lainnya sejumlah 1.500.000 dan penyuluh pertanian sebanyak 68.483 orang.(KR-MFS)
Pewarta: M Fikri Setiawan
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2022