"Desa ini bagi BRGM memang menjadi ujung tombak oleh sebab itu ada Desa Peduli Mangrove, Desa Peduli Gambut. Ini adalah syarat utama keberlanjutan restorasi gambut dan rehabilitasi mangrove," ujar dia dalam acara konsultasi publik terkait dengan Proyek Mangrove for Coastal Resilience diikuti dari Jakarta, Rabu.
Ia menegaskan tanpa peran desa maka rehabilitasi mangrove tidak akan bisa berlanjut.
Merehabilitasi dan mendorong pengelolaan lanskap mangrove secara berkelanjutan merupakan salah satu komponen dari program yang menyasar untuk merehabilitasi mangrove seluas 75.000 hektare itu.
Pengelolaan lanskap secara berkelanjutan akan mendukung pengelolaan dan perlindungan lanskap mangrove di lanskap besar untuk menghindari terjadinya deforestasi dan degradasi yang sedang dan akan terjadi di masa depan.
Baca juga: Menteri Siti Nurbaya: Rehabilitasi mangrove gagasan PWI bersama LHK
Kegiatan yang dilakukan adalah pembentukan dan pengoperasian forum koordinasi multipihak di tingkat provinsi dan/atau kabupaten untuk meningkatkan lanskap mangrove. Dilakukan pula pelaksanaan kegiatan pengelolaan selaras dengan rencana pengelolaan di tingkat desa.
Terdapat pula komponen untuk meningkatkan peluang mata pencaharian bagi masyarakat yang tinggal di sekitar mangrove.
Dia menegaskan bahwa indikator keberhasilan dari rehabilitasi mangrove bukan semata berapa mangrove yang tumbuh tetapi yang lebih penting lagi sebenarnya peningkatan daya dukung dari lokasi yang direhabilitasi.
"Dan bagaimana rehabilitasi itu bisa menimbulkan kemungkinan-kemungkinan nilai ekonomi yang baru, baik ekowisata, pemanfaatan hasil hutan bukan kayu dari mangrove dan lain sebagainya," kata Satyawan.
Baca juga: Kepala BRGM optimistis capai target rehabilitasi mangrove pada 2024
Baca juga: BRGM : Strategi rehabilitasi mangrove untuk sejahterakan masyarakat
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2022