Pemerintah dalam hal ini Kementerian Perdagangan (Kemendag) harus segera menstabilkan harga kacang kedelai. Masyarakat tidak bisa dibiarkan berjuang sendiri, pemerintah harus hadir
Ketua DPD RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti meminta pemerintah segera melakukan stabilisasi harga kedelai sehingga tidak ada gejolak di masyarakat dan para perajin tahu-tempe.
"Pemerintah dalam hal ini Kementerian Perdagangan (Kemendag) harus segera menstabilkan harga kacang kedelai. Masyarakat tidak bisa dibiarkan berjuang sendiri, pemerintah harus hadir," kata LaNyalla lewat keterangannya diterima di Jakarta, Rabu.
Menurut LaNyalla, tren kenaikan sudah muncul sejak pertengahan 2021 karena dampak cuaca ekstrem sehingga menurunkan produksi di negara produsen utama dunia seperti Argentina dan Brazil.
Di sisi lain, LaNyalla mendorong Kementerian Pertanian membuat kebijakan untuk meningkatkan produksi kedelai nasional.
Sejauh ini seperti dijelaskan oleh Kemendag, kebutuhan kedelai nasional masih bergantung pada impor dari sejumlah negara. Hampir 90 persen pasokan kedelai berasal dari impor.
"Kita memiliki lahan yang luas, potensinya besar dalam mengembangkan kedelai tetapi pemerintah tetap membeli dari negara lain. Kementan harus membuka keran produksi kedelai nasional melalui kebijakan dan program," ujar dia.
Diketahui, produksi kedelai nasional pada tahun 2021 hanya berkisar 240 ribu ton, sedangkan kebutuhan mencapai 2 juta ton kedelai segar.
LaNyalla berharap adanya sinergi antar kementerian dalam stabilisasi harga kedelai tersebut.
"Saya kira untuk stabilisasi harga komoditas pertanian memang memerlukan sinergi lintas kementerian. Harus dilakukan koordinasi dengan baik, cepat dan tepat. Selain itu pemerintah sebaiknya memastikan tingkat produksi kacang kedelai yang dibutuhkan secara nasional," pungkas LaNyalla.
Baca juga: Stok kedelai di beberapa pasar tradisional Yogyakarta kosong
Baca juga: Indonesia perlu diversifikasi negara pemasok kedelai
Baca juga: Kemendag minta importir turunkan harga kedelai
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022