• Beranda
  • Berita
  • LPEI perkenalkan penenun kain berkualitas ekspor di perhelatan G-20

LPEI perkenalkan penenun kain berkualitas ekspor di perhelatan G-20

17 Februari 2022 18:20 WIB
LPEI perkenalkan penenun kain berkualitas ekspor di perhelatan G-20
LPEI memperkenalkan penenun kain berkualitas ekspor dalam perhelatan G-20 yang digelar di Jakarta Convention Centre (JCC), Senayan, Jakarta. (ANTARA/HO-LPEI)

Awalnya saya hanya melakukan pekerjaan ini untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tak menyangka pada akhirnya kain-kain ini bisa berkualitas ekspor...

Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank memperkenalkan penenun kain berkualitas ekspor dalam perhelatan G-20  di Jakarta Convention Centre (JCC), Senayan, Jakarta.

Salah satu penenun tersebut adalah Nur Halimah yang merupakan salah satu dari lebih 2.500 petani dan penenun yang menerima manfaat dari program Desa Devisa LPEI.

"Awalnya saya hanya melakukan pekerjaan ini untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tak menyangka pada akhirnya kain-kain ini bisa berkualitas ekspor dan dibeli oleh orang-orang luar negeri. Belum lagi kami juga mendapatkan kesempatan pelatihan dalam program Desa Devisa LPEI yang meningkatkan kualitas produksi dan akses pasar kami," ujar Nur Halimah dalam keterangan di Jakarta, Kamis.

Baca juga: LPEI sebut aksesoris perak Desa Devisa Bantul diminati delegasi G-20

Nur Halimah tak pernah bermimpi akan berada di perhelatan dunia Presidensi G-20. Perempuan sederhana yang lahir dan besar di Desa Wedani Cerme, Gresik, Jawa Timur, ini adalah lulusan SMK.

Perempuan yang memulai menenun sejak lulus sekolah, dalam sepekan ini berada di area pameran G-20 di JCC, Jakarta. Ditemani alat tenun bukan mesin yang dibawa langsung dari desanya, dengan bangga ia menunjukkan cara menenun kain dengan corak berwarna di tengah delegasi yang berhenti sejenak memperhatikannya.

Perjuangan Nur Halimah bukanlah proses yang instan untuk kemudian mampu secara ahli menenun kain. Bersama para perempuan di desanya, ia bergabung menjadi Anggota Koperasi Wedani Giri. Selang beberapa tahun kemudian ia mampu menghasilkan kain yang dilirik oleh desainer sekelas Christian Dior.

Ia mengungkapkan rasa haru karena dapat berpartisipasi di perhelatan pemimpin ekonomi dunia di mana Indonesia menjadi tuan rumah Presidensi, yang digelar setiap 20 tahun sekali, dan pada tahun ini mengangkat tema “Recover Together, Recover Stronger”.

Sebagai sosok perempuan yang tangguh, Nur Halimah juga mengagumi sosok perempuan tangguh lainnya tak terkecuali Menteri Keuangan RI saat ini Sri Mulyani. Kekagumannya kepada sosok Menteri Keuangan juga dikarenakan beliau merupakan contoh seorang perempuan dengan segudang prestasi.

Baca juga: Gubernur Khofifah siapkan 15 desa di Jatim sebagai desa devisa

Bak mimpi menjadi kenyataan, Nur Halimah dipertemukan dengan Menteri Keuangan RI pada Presidensi G-20. Saat meninjau ke lokasi booth Rumah Joglo, Nur Halimah mendapat kesempatan menjelaskan cara kerja alat tenun bukan mesin (ATBM) kepada Menteri Keuangan Sri Mulyani dan memandu untuk mempraktikannya.

"Saya bisa ketemu Menteri Keuangan yang selama ini hanya saya lihat di televisi, malah sekarang bisa berada langsung di samping beliau. Kita harus berusaha untuk mewujudkan mimpi," kata Nur Halimah sumringah.

Program Desa Devisa LPEI merupakan program pendampingan yang dilaksanakan secara berkelanjutan kepada pelaku usaha dan pengembangan komoditas unggulan suatu daerah dengan tujuan akhir ekspor. Desa Devisa Tenun Wedani Giri Nata juga ditargetkan mampu melakukan ekspor perdana pada tahun 2022 ini. Ke depan, Program Desa Devisa LPEI ditargetkan dapat direplikasi oleh berbagai wilayah dan komoditas lainnya di Indonesia.

Program Desa Devisa yang digagas Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) sebagai salah satu Special Mission Vehicle (SMV) Kementerian Keuangan RI dalam peningkatan ekspor nasional, pun mendorong pemulihan ekonomi dengan memperkuat pondasi pelaku UMKM binaannya. Di tengah pandemi global, LPEI terus membangun kapasitas UMKM berorientasi ekspor agar mampu bertahan dan menggarap pasar ekspor non tradisional.

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2022