• Beranda
  • Berita
  • Strategi pentahelix dibutuhkan untuk bangun budaya mitigasi bencana

Strategi pentahelix dibutuhkan untuk bangun budaya mitigasi bencana

17 Februari 2022 19:43 WIB
Strategi pentahelix dibutuhkan untuk bangun budaya mitigasi bencana
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati (kiri atas) dalam Kuliah Umum Sekolah Lingkungan Universitas Indonesia secara daring di Jakarta, Rabu (16/2/2022). (Antara/HO-BMKG)
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati mengatakan strategi pentahelix dibutuhkan untuk membangun budaya mitigasi bencana.

Dwikorita menekankan perlu adanya kolaborasi dan partisipasi aktif kelima unsur pentahelix, yakni pemerintah, akademisi, industri, komunitas, dan media, sebagai kunci dalam manajemen bencana di Indonesia.

“BMKG jelas-jelas tidak mungkin bekerja sendiri dalam upaya mitigasi bencana. Karenanya, kami selalu berupaya melakukannya melalui pendekatan kolaboratif dengan strategi pentahelix, termasuk akademisi dan kalangan kampus,” ujar Dwikorita dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis.

Baca juga: BMKG: Perluas SLCN bantu tingkatkan mitigasi bencana hidrometeorologi

Ia mengatakan dengan memiliki pemahaman yang sama soal bencana antara seluruh unsur tersebut, berbagai upaya pencegahan dan strategi dalam menghadapi bencana di tiap daerah dapat diterapkan dengan baik, dan menekan potensi timbulnya korban saat bencana.

Konsep pentahelix juga dinilai dapat mengurangi kecenderungan masyarakat untuk terlalu bergantung pada pemerintah dalam menghadapi bencana.

Dwikorita mengatakan BMKG terus berpacu dalam menyajikan data yang tidak sekedar cepat, namun juga tepat dan akurat. Diharapkan data-data tersebut dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk meminimalkan potensi kerugian akibat bencana.

Penerapan strategi pentahelix tersebut sangat dibutuhkan dalam membangun budaya adaptasi dan mitigasi bencana, serta penyebarluasan informasi, literasi, edukasi, dan advokasi sampai ke tingkat desa, RT/RW, Dasa Wisma, keluarga, dan individu untuk mencegah bencana dan mewujudkan zero victim.

Selain itu, lanjut Dwikorita, strategi ini juga harus diimplementasikan dalam upaya pelestarian dan pemulihan kerusakan lingkungan serta membangun kolaborasi dalam observasi dan pengamanan sarana prasarana observasi, juga dalam pengemasan informasi.

Dwikorita menjelaskan selama ini BMKG aktif melakukan upaya mitigasi dengan masyarakat melalui forum Sekolah Lapang Gempa (SLG) dan Sekolah Lapang Nelayan (SLN). Melalui kedua forum tersebut, BMKG membangun komunikasi dua arah terkait berbagai potensi bencana yang ada di wilayah para peserta forum.

Baca juga: BMKG sarankan daerah lakukan mitigasi bencana hidrometeorologi

Baca juga: BMKG gelar Sekolah Lapang Gempa tingkatkan edukasi mitigasi bencana


"Selama ini SLG dan SLN ini cukup efektif dalam penyebarluasan berbagai informasi dari BMKG kepada masyarakat. Kedua forum ini melengkapi berbagai kanal komunikasi yang sudah dibangun BMKG untuk menyebarluaskan informasi kebencanaan," paparnya.

Namun demikian, tambah Dwikorita, berbagai data tersebut akan menjadi tidak efektif apabila tidak dibarengi dengan ketersediaan sarana dan prasarana mitigasi pendukung. Maka dari itu, ia berharap seluruh pihak dan pemangku kepentingan dapat bersama-sama bahu-membahu dalam menghadapi berbagai bencana yang mengancam Indonesia.

Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2022