• Beranda
  • Berita
  • Mata uang "safe-haven" menguat saat ketegangan Rusia-Ukraina meningkat

Mata uang "safe-haven" menguat saat ketegangan Rusia-Ukraina meningkat

18 Februari 2022 06:16 WIB
Mata uang "safe-haven" menguat saat ketegangan Rusia-Ukraina meningkat
Arsip foto - Emas batangan dan uang kertas Dolar AS dalam brankas di bank di Wina . ANTARA/REUTERS/Heinz-Peter Bader/pri.
Mata uang safe-haven yen Jepang dan franc Swiss menguat ke level tertinggi dua minggu terhadap dolar AS pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), di tengah kekhawatiran tentang meningkatnya ketegangan Rusia-Ukraina yang dapat berdampak ekonomi di seluruh dunia.

Pada perdagangan sore, dolar merosot ke 114,845 yen, terendah sejak awal Februari. Dolar terakhir melemah 0,4 persen pada 114,93 yen.

Terhadap mata uang Swiss, greenback jatuh ke 0,9189 franc, terlemah sejak 3 Februari. Dolar terakhir berpindah tangan pada 0,9202 franc atau merosot 0,2 persen.

“Tempat-tempat berlindung yang aman  karena perkembangan geopolitik hari ini mengurangi harapan untuk kesepakatan diplomatik untuk mencegah aksi militer di sekitar Ukraina,” kata Joe Manimbo, analis pasar senior di Western Union Business Solutions di Washington.

Presiden AS Joe Biden mengatakan pada Kamis (17/2) bahwa sekarang setiap indikasi  Rusia akan  menyerang Ukraina dalam beberapa hari ke depan dan mempersiapkan dalih untuk membenarkannya, setelah pasukan Ukraina dan pemberontak pro-Moskow saling tembak di Ukraina Timur.

Rusia juga menuduh Biden memicu ketegangan dan merilis surat dengan kata-kata keras yang mengatakan Washington mengabaikan tuntutan keamanannya dan mengancam "langkah-langkah teknis-militer" yang tidak ditentukan.

Kekhawatiran akan invasi Rusia mendorong saham-saham AS turun tajam dan mendorong tawaran untuk aset-aset safe-haven obligasi pemerintah.

Untuk saat ini, konflik Rusia-Ukraina telah menggantikan kekhawatiran tentang rencana Federal Reserve untuk memperketat kebijakan moneter, dimulai pada pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) Maret. Tapi pasar telah terbelah atas ukuran kenaikan suku bunga yang diperkirakan.

Pekan lalu, dengan data harga konsumen AS terbaru menunjukkan kenaikan tahunan terbesar dalam 40 tahun, pasar berjangka suku bunga telah memperkirakan sekitar 70 persen peluang kenaikan suku bunga setengah persen pada Maret. Perkiraan itu telah turun menjadi 37 persen pada Kamis (17/2/2022).

Skenario yang lebih mungkin adalah untuk pengetatan seperempat poin oleh Fed, kata para analis.

Tetapi bahkan dengan pergeseran hawkish Fed, dolar secara luas tetap tidak berubah.

"Kami pikir ini sebagian besar karena pergeseran hawkish bank-bank sentral lain juga telah mendorong imbal hasil obligasi pemerintah jangka panjang di pasar ekonomi maju lainnya, menghasilkan pergeseran yang lebih kecil dalam imbal hasil relatif," kata Jonathan Petersen, ekonom pasar di Capital Economics.

Indeks dolar, ukuran nilainya terhadap enam mata uang utama lainnya, telah naik hanya 0,2 persen sepanjang tahun ini. Namun demikian, terhadap yen, greenback telah turun 0,2 persen sejauh tahun ini.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS 2-tahun, yang mencerminkan ekspektasi suku bunga dan berkorelasi dengan dolar/yen, telah melonjak sekitar 74 basis poin.

Pada perdagangan sore, indeks dolar mendatar di 95.827.

Beberapa mata uang komoditas, yang sensitif terhadap sentimen risiko, turun, dengan dolar Australia melemah 0,1 persen menjadi 0,7188 dolar AS. Krona Norwegia juga turun terhadap dolar, di mana greenback menguat 0,5 persen menjadi 8,917 per dolar.

Di pasar mata uang kripto, bitcoin, yang bergerak bersama dengan aset berisiko lainnya, terakhir turun 7,8 persen pada 40.590 dolar AS.

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2022