Dolar tergelincir ke level terendah baru dua minggu di 114,78 yen di awal perdagangan Asia, dan turun 0,5 persen sejauh minggu ini.
"Level support 114,63 terlihat dalam jangkauan hari ini jika lebih banyak berita negatif tentang Ukraina muncul," kata analis CBA dalam catatan klien pagi, menambahkan bahwa pasar juga fokus pada kebijakan bank sentral Jepang BOJ), karena bank sentral melanjutkan kebijakannya kontrol kurva imbal hasil.
Baku tembak pada Kamis (17/2/2022) dini hari antara pasukan Kyiv dan separatis pro-Rusia - yang telah berperang selama bertahun-tahun dan di mana gencatan senjata dilanggar secara berkala - telah memperbarui ketakutan Barat akan invasi Rusia yang akan segera terjadi.
Presiden AS Joe Biden mengatakan Moskow sedang mempersiapkan dalih untuk membenarkan kemungkinan serangan dan Kremlin mengusir seorang diplomat Amerika.
Ketegangan ini juga menyebabkan dolar melemah terhadap franc Swiss, dengan greenback bertahan di 0,9196 franc, tepat di atas level terendah intraday dua minggu pada Kamis (17/2/2022) di 0,9186 franc.
Di ujung lain dari spektrum risiko, bitcoin diperdagangkan sekitar 40.500 dolar AS, sekitar level terendah dua minggu, setelah jatuh pada Kamis (17/2/2022) malam membuatnya turun 7,6 persen pada hari itu.
"Kripto telah menunjukkan kepada kita sekali lagi bahwa ia adalah aset berisiko beta tinggi, dan memiliki tampilan gelap yang menyeramkan yang dapat berubah menjadi sesuatu yang jelek," kata Chris Weston, kepala penelitian di pialang Pepperstone yang berbasis di Melbourne dalam surel pagi.
Euro melanjutkan minggu perdagangan berombak berdasarkan berita utama Ukraina dan berada di 1,1360 dolar AS, sementara pound berada di 1,3609 dolar AS didukung oleh pasar yang bertaruh pada pengetatan moneter lebih lanjut dari bank sentral Inggris (BOE).
Kebijakan bank sentral juga merupakan faktor dalam yen, setelah BOJ minggu ini menawarkan untuk membeli obligasi pemerintah 10 tahun dalam jumlah tak terbatas guna menggarisbawahi tekadnya untuk menahan biaya pinjaman domestik.
Pasar belum secara agresif menguji target imbal hasil 0,25 persen BOJ pada obligasi tersebut, tetapi imbal hasil pada tenor lain telah meningkat.
Sementara itu, di Amerika Serikat, pembuat kebijakan terus memperdebatkan secara terbuka seberapa agresif Federal Reserve harus menaikkan suku bunga, dan apakah itu harus dimulai dengan kenaikan 25 atau 50 basis poin pada pertemuan Maret.
Presiden Fed Cleveland Loretta Mester mengatakan Kamis (17/2) malam bahwa Fed perlu menaikkan suku bunga lebih cepat dan menyusutkan neraca lebih cepat daripada setelah "resesi besar".
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2022