Mahasiswa Doktoral Universitas Pertahanan (Unhan) Hasto Kristiyanto menjelaskan bahwa proklamator RI Bung Karno ingin mengubah tata dunia yang lebih demokratis dan berkeadilan.
"Bung Karno ingin mengubah tata dunia yang tidak lagi terbagi dalam dua blok besar, antara Blok Barat dan Blok Timur. Bung Karno membangun kekuatan bangsa-bangsa baru yang membangun koeksistensi damai," kata Hasto dalam Simposium Nasional yang membahas "body of knowledge" pemikiran geopolitik Sukarno, di Kampus Unhan, Sentul, Bogor, Sabtu.
"Bung Karno ingin mengubah tata dunia yang tidak lagi terbagi dalam dua blok besar, antara Blok Barat dan Blok Timur. Bung Karno membangun kekuatan bangsa-bangsa baru yang membangun koeksistensi damai," kata Hasto dalam Simposium Nasional yang membahas "body of knowledge" pemikiran geopolitik Sukarno, di Kampus Unhan, Sentul, Bogor, Sabtu.
Dia menjelaskan, sebenarnya ada beberapa aspek yang melatari Bung Karno mengimplementasikan pemikirannya itu.
Pertama, pemikiran Bung Karno didasari ideologi Pancasila yang berintikan kemanusiaan, internasionalisme, keadilan, dan penghormatan kemerdekaan sebagai hak segala bangsa.
Kemudian, Bung Karno ingin membangun tata dunia baru, di mana Pancasila menjadi tahapan lebih lanjut, bahkan puncak dari ideologi-ideologi besar yang ada saat itu.
Baca juga: Hasto: IKN Nusantara harus kedepankan konsep Indonesia sentris
"Pemikiran Bung Karno berdasarkan postulat bahwa dunia akan damai apabila bebas dari imperialisme dan kolonialisme," kata Hasto dalam siaran persnya.
Sekjen DPP PDI Perjuangan ini juga menilai Bung Karno ingin membangun solidaritas antarbangsa untuk mengedepankan koeksistensi damai menghadapi realitas dunia yang anarkistis.
Lalu, Bung Karno juga memperjuangkan struktur dunia yang demokratis, sederajat dan berkeadilan, berbeda dengan geopolitik barat yang melakukan intervensi kedaulatan dengan atas nama demokrasi.
Di sisi lain, lanjut Hasto, pemikiran geopolitik Sukarno merupakan falsafah bagi kepemimpinan Indonesia bagi dunia.
Dalam mewujudkan kepemimpinan itu, kata Hasto, supremasi ilmu pengetahuan dan teknologi dikedepankan, antara lain melalui kebijakan perguruan tinggi sebagai "City of Intellect".
"Terakhir, ada korelasi antara pemikiran geopolitik Sukarno dalam memperjuangkan kepentingan nasional Indonesia melalui diplomasi luar negeri dan diplomasi pertahanan di dalam mewujudkan tatanan dunia baru yang bebas dari kolonialisme dan imperialisme," tuturnya.
Saat memberikan paparan dalam Simposium Nasional Relevansi Geopolitik Sukarno bagi Kepentingan Nasional dan Pertahanan Negara, Hasto menyimpulkan enam hasil pemikiran geopolitik Bung Karno.
"Pertama, Irian Barat dapat dibebaskan dari kolonialisme Belanda. Kedua, kepemimpinan Indonesia diakui dunia," kata Hasto.
Politikus asal Yogyakarta itu menyampaikan Bung Karno juga membawa Angkatan Perang Republik Indonesia terkuat di bumi selatan. Kemudian, Presiden Pertama RI itu mengajukan restrukturisasi Dewan Keamanan PBB.
"Sukarno juga mendapat gelar Pahlawan Islam dan Kemerdekaan dalam Konferensi Islam Asia Afrika 1965," ucapnya.
Baca juga: Sejarawan ceritakan karakter Bung Karno memimpin yang patut diteladani
Baca juga: PDI Perjuangan gelar bimtek untuk ribuan anggota DPRD se-Indonesia
Baca juga: PDI Perjuangan gelar bimtek untuk ribuan anggota DPRD se-Indonesia
Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2022