"Dari yang terpapar, alhamdulillah tidak ada yang meninggal," ujar Ketua Dewan Pengurus Daerah Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Kota Surabaya Ns Nuh Huda, usai pengukuhan pengurus periode 2022-2027 di Surabaya, Jawa Timur, Sabtu.
Berdasarkan data yang dimiliki PPNI, pada Juli 2020 hingga Desember 2021 terdapat 39 perawat meninggal dunia akibat COVID-19.
Dia meyakini ada pertambahan perawat yang melakukan isolasi mandiri karena penyebaran varian omicron sangat cepat.
Namun, kata Huda, masyarakat tidak perlu khawatir karena pihaknya siap mengerahkan bantuan tenaga kesehatan dari institusi pendidikan.
Menurut dia, tidak sedikit kemungkinan perawat tertular dari tempat bekerja atau rumah sakit, atau bisa juga dari luar maupun berkunjung ke tempat kerumunan.
"Saya telah meminta perawat tetap profesional bekerja, meski rasio perawat dengan pasien saat ini tidak ideal," ucap dia.
Dikatakannya, idealnya kebutuhan perawat satu berbanding tiga (1:3) sehingga pihaknya telah menyiapkan tenaga cadangan dari di institusi pendidikan tingkat akhir atau profesi Ners tingkat akhir.
Dia merinci terdapat 10 institusi pendidikan keperawatan di Surabaya dengan asumsi masing-masing 200 orang, sehingga ada 2.000 tenaga cadangan yang bisa dikerahkan, karena sesuai Permenkes mereka bisa dijadikan relawan bila dibutuhkan.
"Kami juga sudah berkoordinasi berapa tenaga yang dibutuhkan dan kepastian jumlah tenaga cadangan yang bisa dimobilisasi PPNI," katanya.
Pada kesempatan sama, Huda mengharapkan adanya bantuan, dukungan moral dan kesejahteraan perawat dari Pemkot Surabaya.
Selama pandemi COVID-19 di Surabaya, pada Juli 2020 sampai dengan Desember 2021, total ada 1.686 perawat yang terpapar.
"DPD periode lalu juga memberikan santunan terhadap perawat yang gugur saat menjalankan tugas menangani COVID-19. Total tali asih untuk perawat yang gugur saat bertugas menangani COVID-19 mencapai Rp650 juta untuk 33 ahli waris," tutur dia.
Pewarta: Fiqih Arfani/Willy Irawan
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2022