Dosen ITK Swastya Rahastama mengatakan salah satu bentuk kerja sama yang dijajaki dengan BRIN adalah penelitian dengan memanfaatkan limbah radioaktif Stronsium-90 (Sr-90) dalam sumber bekas ZRTTD untuk menjadi energi listrik dalam bentuk baterai betavoltaik.
"Sr-90 dipilih karena memiliki waktu paruh yang cukup lama, yaitu sekitar 28,8 tahun, dan dapat menghasilkan energi yang cukup besar," kata Swastya, dalam keterangan pers yang diterima di Jakarta, Minggu.
Ia mengatakan pihaknya melakukan penelitian dengan memanfaatkan bahan radioaktif Stronsium-90 untuk membuat baterai nuklir, yaitu mendesain cell baterai agar menjadi lebih optimum.
Swastya berharap dalam waktu lima tahun prototipe baterai nuklir tersebut sudah jadi.
Sementara itu Pranata Nuklir Ahli Utama DPFK BRIN Sumarbagiono mengatakan dengan adanya proses integrasi Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) ke dalam BRIN, perlu dilakukan pembahasan dan penyusunan kembali perjanjian kerja sama dengan Institut Teknologi Kalimantan.
Ia menuturkan perjanjian kerja sama harus disesuaikan dengan prosedur yang sekarang dan dikomunikasikan lebih lanjut dengan Biro Hukum dan Kerjasama BRIN.
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2022