• Beranda
  • Berita
  • Dokter sarankan skrining bila temukan gejala awal demensia Alzheimer

Dokter sarankan skrining bila temukan gejala awal demensia Alzheimer

23 Februari 2022 11:06 WIB
Dokter sarankan skrining bila temukan gejala awal demensia Alzheimer
Ilustrasi demensia Alzheimer (ANTARA/Pixabay)
Dokter menyarankan Anda membawakan orang terdekat atau pihak keluarga melakukan skrining bila mencurigai adanya gejala awal Demensia Alzheimer.

Gejala awal kondisi ini antara lain lupa meletakan barang pribadi, mengalami perubahan emosi dan perilaku yang cukup signifikan hingga lupa arah jalan pulang ke tempat tinggalnya.

"Jika mendapati sejumlah gejala tersebut, sebaiknya dilakukan pemeriksaan skrining Demensia, yaitu MMSE (Mini Mental State Examination)," ujar dr. Sheila Agustini, Sp.S. dari Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia dalam siaran pers Sequis, dikutip Rabu.

MMSE merupakan pemeriksaan fungsi kognitif sebagai deteksi dini untuk mengetahui apakah sudah terjadi penurunan fungsi kognitif atau demensia.

Baca juga: Pola diet mediterania, tubuh langsing dan cegah demensia

Baca juga: Makan kacang-kacangan mampu singkirkan risiko demensia


"Bagi mereka yang sehat akan memberikan hasil normal sedangkan pada ODD (orang dengan demensia) akan terdeteksi penurunan skor," kata Sheila yang juga menjadi Champion Alzheimers Indonesia (ALZI).

Sheila mengatakan, keluarga memiliki peranan untuk mendeteksi dini Demensia Alzheimer. Menurut dia, perlu kepekaan untuk merasakan perubahan dalam penurunan daya ingat pada anggota keluarga.

Jika orang dengan demensia Alzheimer dalam keluarga maka anggota keluarga lain harus menjadi support system untuk menjaga kualitas hidup ODD misalnya dengan mengetahui lebih detail mengenai demensia Alzheimer sehingga dapat mendampingi ODD dengan tetap memperhatikan kondisi kesehatan fisik dan mental dirinya sendiri.

Demensia umumnya terjadi pada lansia yang berusia di atas 65 tahun. Adanya faktor risiko lainnya seperti hipertensi, diabetes, riwayat cedera kepala, obesitas, hiperkolesterol dapat menjadi faktor pemicu lansia mengalami Demensia Alzheimer.

Pada ODD akan diberikan obat untuk penanganan farmakologi yang semata untuk memperlambat penurunan fungsi otak. Selain itu, ada juga tatalaksana non-farmakologi (psikologis dan sosial), yaitu serangkaian terapi guna memberikan dukungan sosial serta aktivitas bermakna agar ODD tetap dapat menstimulasi otak serta meningkatkan kualitas hidupnya.

Sheila mengingatkan, biaya perawatan ODD tidak sedikit dan tahapan pengobatannya cukup kompleks. Oleh karena itu, dia menyarankan orang-orang dapat melakukan tindakan preventif dengan menjalankan pola hidup sehat termasuk mengonsumsi diet nutrisi seimbang, menghindari rokok dan minuman beralkohol, beristirahat cukup, rutin berolahraga serta mengelola stres.

Demensia Alzheimer berpotensi terjadi lebih cepat jika gaya hidup tidak sehat dan tidak diperbaiki. Selain itu, sebaiknya melakukan cek kesehatan berkala agar bila terdapat penyebab faktor penyakit degeneratif, maka segera mendapatkan penanganna dini sebelum menjadi pencetus penyakit kronis.

Baca juga: Minum kopi dan teh berisiko lebih rendah terkena stroke dan demensia

Baca juga: Penyakit demensia-alzheimer hanya lima persen faktor turunan

Baca juga: Jumlah asupan kopi dan pengaruhnya pada volume otak


 

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2022