Hal itu disampaikan pemerintah Kolombia pada Rabu, seraya mendesak masyarakat internasional untuk campur tangan.
Kolombia tidak mengakui hasil pemilihan Nikaragua November lalu yang memenangkan Ortega untuk masa jabatan keempat berturut-turut. Kelompok-kelompok hak asasi manusia dan negara-negara lain di kawasan itu juga telah menyuarakan keprihatinan.
"Kolombia adalah negara narkotika, yang membunuh para pemimpin masyarakat dan para pekerja setiap hari," kata Ortega saat berpidato pada Senin untuk memperingati kematian tokoh revolusioner Nikaragua Augusto Cesar Sandino.
Baca juga: Presiden Nikaragua dukung sikap Rusia atas Ukraina
Pemerintah Kolombia pada Selasa memerintahkan Duta Besar negara itu Alfredo Rangel untuk menyerahkan surat protes kepada pemerintah Nikaragua dan untuk pulang, kata kementerian luar negeri Kolombia dalam sebuah pernyataan.
"Kolombia justru menjadi korban perdagangan narkoba, kami adalah korban dari bisnis yang tumbuh setiap hari karena permintaan eksponensial dan konsumsi narkoba," kata Menteri Luar Negeri dan Wakil Presiden Kolombia Marta Lucia Ramirez dalam pesan audio yang dibagikan kepada wartawan.
Komentar Ortega adalah upaya untuk mengalihkan perhatian masyarakat internasional dari situasi hak asasi manusia di Nikaragua, kata Ramirez, dan meminta masyarakat internasional untuk campur tangan mencegah negara Amerika Tengah itu menjadi kediktatoran.
"Ketika tidak ada keadilan independen, ketika tidak ada jaminan bagi orang-orang yang sedang diselidiki, kita sedang menuju kediktatoran dan masyarakat internasional harus campur tangan," katanya.
Sumber: Reuters
Baca juga: AS sumbang kepolisian Kolombia Rp 115 miliar untuk pelatihan HAM
Baca juga: Polisi Nikaragua tangkap manager koran yang kritis terhadap presiden
Pewarta: Mulyo Sunyoto
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2022