• Beranda
  • Berita
  • Ketua IMF "sangat prihatin" dengan krisis Ukraina

Ketua IMF "sangat prihatin" dengan krisis Ukraina

25 Februari 2022 09:34 WIB
Ketua IMF "sangat prihatin" dengan krisis Ukraina
Kristalina Georgieva, Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF), menerima wawancara dengan Xinhua pada IMF Spring Meetings di Washington DC, Amerika Serikat, pada 13 April 2021. (Xinhua/IMF/Kim Haughton)

"Saya sangat prihatin dengan apa yang terjadi di Ukraina dan, yang paling penting, dampaknya pada orang-orang tidak bersalah," cuit pimpinan IMF lewat Twitter. "(Hal) ini menambah risiko ekonomi yang signifikan bagi kawasan tersebut dan dunia."

Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva pada Kamis (24/2) menyatakan keprihatinan yang mendalam atas krisis Ukraina, sembari menyebut bahwa badan pemberi pinjaman multilateral itu sedang "menilai implikasinya."

"Saya sangat prihatin dengan apa yang terjadi di Ukraina dan, yang paling penting, dampaknya pada orang-orang tidak bersalah," cuit Georgieva di Twitter. "(Hal) ini menambah risiko ekonomi yang signifikan bagi kawasan tersebut dan dunia."

"Kami tengah menilai implikasinya dan siap mendukung anggota kami sesuai kebutuhan," ujar Georgieva.

Gita Gopinath, Wakil Direktur Pelaksana Pertama IMF, menambahkan bahwa "kami sangat prihatin dengan korban jiwa dari konflik ini dan sedang menilai dampak potensial pada perekonomian global."

Dalam sebuah pembaruan pada laporan World Economic Outlook IMF yang dirilis bulan lalu, IMF memperingatkan ada banyak risiko terhadap pemulihan global, termasuk ketegangan geopolitik, yang dapat membahayakan pasokan energi, perdagangan internasional, dan kerja sama kebijakan.

"Jika sanksi internasional menargetkan kemampuan Rusia untuk mengekspor minyak, harga minyak dapat meroket tajam di saat pasokan ditarik dari pasar," kata ekonom Wells Fargo Securities Nick Bennenbroek dan rekan-rekannya dalam sebuah analisis pada Rabu (23/2).

"Efek inflasi dan penurunan daya beli dapat meluas ke aktivitas ekonomi dan membebani prospek pertumbuhan negara-negara yang terdampak, khususnya Uni Eropa," papar analisis tersebut.
 

Pewarta: Xinhua
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2022