Euro sedang berjuang untuk pulih dari kejatuhannya pada hari sebelumnya di awal perdagangan Asia pada Jumat, setelah invasi Rusia ke Ukraina telah memukul mata uang bersama Eropa itu dan mengirim investor berebut memburu mata uang aman dolar, yen dan franc Swiss.Dampak urutan pertama secara alami di Rusia dan Ukraina ... tetapi ada dampak pada obligasi Asia Pasifik dan pasar valuta asing juga
Rubel Rusia juga jatuh semalam ke rekor terendah 89,986 per dolar, sebelum sedikit pulih. Euro terakhir di 1,1196 dolar setelah menyentuh serendah 1,1106 dolar pada Kamis (24/2), terendah sejak Mei 2020, jatuh dari 1,13045 dolar di mana ia berakhir pada Rabu (23/2).
Sterling dan dolar Australia yang ramah risiko juga terpukul, sementara dolar AS pada gilirannya melemah terhadap yen dan franc Swiss.
Akibatnya, indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya naik setinggi 97,740, tertinggi sejak Juni 2020 dan terakhir di 96,990.
Rusia pada Kamis (24/2) melancarkan serangan terbesar di negara Eropa sejak Perang Dunia Kedua, mendorong puluhan ribu orang meninggalkan rumah mereka, saat pasukan Ukraina bertempur di berbagai front.
Amerika Serikat menanggapi dengan gelombang sanksi yang menghambat kemampuan Rusia untuk melakukan bisnis dalam mata uang utama bersama sanksi terhadap bank-bank dan perusahaan milik negara.
"Dampak urutan pertama secara alami di Rusia dan Ukraina ... tetapi ada dampak pada obligasi Asia Pasifik dan pasar valuta asing juga," kata Riad Chowdhury APAC kepala MarketAxess, sebuah platform perdagangan kredit.
Chowdhury menunjuk pada "pergerakan keluar dari aset-aset berisiko dalam aset global (bergerak ke dolar dan yen) serta di pasar negara berkembang".
Satu dolar bernilai 115,47 yen pada Jumat pagi di Asia, setelah greenback jatuh 0,48 persen terhadap mata uang Jepang pada Kamis. Dolar berada di 0,9241 terhadap franc Swiss setelah turun 0,85 persen pada hari sebelumnya.
Pound berada di 1,33840 dolar AS dan dolar Australia berada di 0,7153 dolar AS karena keduanya mencoba untuk pulih dari pukulan yang mereka terima pada Kamis (24/2).
Selain dampak langsung perang di Ukraina, pedagang mata uang mencoba menilai dampak perang terhadap kebijakan moneter di seluruh dunia.
Beberapa pembuat kebijakan di Bank Sentral Eropa (ECB), bahkan yang terkadang terlihat hawkish, mengatakan situasi di Ukraina dapat menyebabkan ECB memperlambat langkah keluarnya dari langkah-langkah stimulus.
Sementara itu investor dan beberapa pejabat AS mengatakan perang kemungkinan akan melambat tetapi tidak akan berhenti menjelang kenaikan suku bunga.
Baca juga: Kebuntuan tentang Ukraina membuat euro terus tertekan di sesi Asia
Baca juga: Euro pertahankan kenaikan di Asia, setelah ketegangan Ukraina mereda
Baca juga: Euro turun di Asia terseret ketegangan Ukraina, pembicaraan bunga Fed
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2022