"Sebelum menjadi seorang pilot, saya pramugari di Kepolisian Republik Indonesia dan ditempatkan di Kepolisian Udara Bbaharkam Polri sebagai pramugari VIP pada 2006 hingga 2010 dan kemudian pada 2014-2015 mengikuti sekolah pilot melalui pelatihan di sekolah penerbangan swasta," kata Indria Puji Astuti, di Jambi Jumat.
Setelah selesai dari sekolah penerbangan swasta tersebut kemudian kembali kesatuan dan dikonversi ke helikopter.
Pada saat itu di kepolisian udara sendiri belum ada penerbangan helikopter perempuan, lalu ditempatkan di helikopter yang kemudian pada 2020 dirinya terbang di kepolisian udara dan sampai saat ini terbang di nasional untuk melayani App Sinarmas sebagai pilot.
Baca juga: Gunakan "water bombing", karhutla di Teratak Buluh-Riau dipadamkan
Baca juga: Satgas Karhutla Riau sudah 50 kali water bombing hutan terbakar
"Saya sudah purnawirawan dari polisi, pada saat saya memutuskan untuk terbang helikopter saya sudah tahu konsekuensinya," katanya.
Kalau helikopter itu kan berbeda dengan pesawat terbang biasa yang mungkin terbang di kota-kota besar, namun kalau helikopter terbang dan mendarat di titik tertentu atau lapangan kecil, itu sudah cukup maka dari itu sebelumnya sudah dipikirkan.
"Konsekuensi seperti ini dan saya memang menikmati suatu tantangan," kata Indria Puji Astuti.
Untuk sistem pekerjaan, semua standar yang sudah diterima saat belajar, yakni sama dengan standar pilot laki-laki, tidak ada perbedaan. Sebagai pilot helikopter bom air merupakan suatu tantangan dan pengalaman baru juga
Segalanya kalau dilakukan dengan senang, tidak ada yang berat.
"Kalau rasa takut pasti pasti ada, seperti biasanya terbang jauh dari api, namun helikopter ini harus dekat api untuk memadamkannya. Kalau takut pasti ada dan kita harus profesional dan harus mengetahui batas-batasnya," katanya.
Untuk itu dirinya dan rekan rekan TRC sudah dibekali dengan pelatihan yang cukup.
Keluarga sangat mendukung dan mereka minta agar selalu hati-hati.
Indria, dari kecil memang pingin menjadi pilot. Dia menyaran untuk teman-teman perempuan seluruh Indonesia, optimis.
"Yang pertama, sih, memang bermimpi dan tidak berhenti sampai di situ, kita harus cari cara bagaimana mewujudkan mimpi dengan belajar, berdoa dan berusaha," katanya.*
Baca juga: BPBD Riau turunkan dua helikopter "water bombing" padamkan karhutla
Baca juga: Setahun lalu langit Kumpeh merah jingga, sekarang basah diguyur hujan
Pewarta: Nanang Mairiadi
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022