"Keanekaragaman hayati dan pemanfaatannya, termasuk riset kesehatan dan medis, adalah kunci masa depan kita," kata Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko sebagaimana dikutip dalam siaran pers BRIN di Jakarta, Jumat.
Handoko mengemukakan bahwa pembentukan kemitraan global penting karena sampai saat ini belum ada mekanisme yang mapan dan kesepakatan bersama mengenai riset keanekaragaman hayati global.
"Dukungan pemanfaatan keanekaragaman hayati yang lebih masif sangat diperlukan melalui kolaborasi berbasis kesetaraan untuk kemakmuran umat manusia," katanya.
Menurut dia, Indonesia sebagai salah satu negara dengan megabiodiversitas menilai G20 perlu membuat skema kemitraan riset global mengenai keanekaragaman hayati untuk mendorong kolaborasi pemanfaatan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan.
Pada awal Pertemuan Inisiatif Riset dan Inovasi G20 yang diselenggarakan BRIN pada Kamis (24/2), Handoko menyampaikan bahwa Indonesia saat ini sudah lebih dari siap untuk berkontribusi mewujudkan kemitraan riset keanekaragaman hayati global.
"Oleh karena itu, saya mohon dukungan dan kontribusi para negara anggota G20 untuk mewujudkan inisiatif ini dalam waktu dekat," katanya.
Baca juga:
Indonesia bangun fasilitas Pusat Keanekaragaman Hayati Nasional
BRIN: Keanekaragaman hayati Indonesia diperkirakan baru terungkap 10 persen
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2022