"Sebab, memperkuat pertahanan harus dilakukan saat kondisi damai guna mengantisipasi ancaman peperangan yang bisa terjadi kapan saja," kata dia melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu.
Beni Sukadis mencontohkan konflik antara Ukraina dan Rusia yang dalam tiga hari terakhir telah berubah menjadi pertempuran terbuka.
Ia mengatakan demikian lantaran China tengah melihat dan menunggu respons Amerika Serikat (AS) atas konflik Ukraina-Rusia tersebut apakah akan terlibat atau tidak.
"Kalau terlibat langsung, tentu akan memecah konsentrasi AS dan bisa saja China ambil kesempatan kelengahan AS untuk menyerbu Taiwan," jelasnya.
Ia menilai konflik antara Ukraina dengan Rusia menunjukkan bahwa secara global konflik bisa terjadi sewaktu-waktu di wilayah lain di dunia.
Oleh karena itu, menurut Beni, langkah Indonesia belanja alutsista belakangan ini dianggap sudah tepat.
Seperti diketahui, pemerintah Indonesia berencana melakukan modernisasi alutsista berupa pengadaan jet tempur Dassault Rafale, kapal selam Scorpene, pesawat Airbus A400M, dan kapal perang Fregat Arrowhead.
Pada (10/2) 2022, Indonesia resmi mengakuisisi enam pesawat tempur Dassault Rafale produksi Dassault Aviation asal Perancis. Akuisisi enam pesawat itu terjadi setelah Kementerian Pertahanan diwakili Kepala Badan Sarana Pertahanan Kemhan Marsda Yusuf Jauhari, melakukan penandatanganan pembelian pesawat tempur dengan perwakilan Dassault Aviation di Jakarta.
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan Menteri Pertahanan Prancis Florence Farly turut hadir dan menyaksikan penandatanganan kontrak tersebut.
Baca juga: Pengamat: Indonesia lakukan langkah strategis beli 42 pesawat Rafale
Baca juga: Ketua DPR apresiasi program modernisasi alutsista TNI AU
Baca juga: Menhan: Kita akan modernisasi alutsista bagi TNI
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2022