Anjing di Sikka dieliminasi total

24 Agustus 2011 17:08 WIB
Anjing di Sikka dieliminasi total
Profil anjing (vote29.com)

Korban rabies banyak sekali yang meninggal dunia. Itu lebih kejam dari AIDS

Maumere, NTT (ANTARA News) - Penyebaran virus rabies melalui anjing dianggap sudah sangat membahayakan manusia di Maumere, NTT, sehingga Anggota DPRD Kabupaten Sikka, Siflan Angi, mendesak seluruh anjing piaraan di kabupaten itu harus dieliminasi (dimusnahkan) secara total.

"Pemerintah perlu membuat peraturan bupati untuk mengeliminasi total anjing di Sikka, kalau tidak rabies akan menjadi wabah yang menakutkan," katanya ketika ditemui di Gedung DPRD Sikka, Rabu.

Angi meminta bupati untuk segera mengeluarkan peraturan bupati mengatur penertiban anjing di Kabupaten Sikka dan melakukan koordinasi dengan instansi terkait seperti rumah sakit, dinas kesehatan,dinas peternakan serta pihak keamanan.

"Sambil menunggu pembahasan peraturan daerah tentang rabies, pemerintah harus mengambil langkah tegas dan berani untuk menangani persoalan rabies di Sikka,"katanya.

Bila pemerintah enggan mengambil langkah tegas, katanya, masyarakat dan pihak gereja harus menyatukan sikap dan mengambil langkah gerakan bersama untuk menyelamatkan Sikka dari rabies.

Menurut dia, "Korban rabies banyak sekali yang meninggal dunia. Itu lebih kejam dari AIDS."

Secara terpisah seorang dokter ahli yang menangani kasus rabies di Kabupaten Sikka, drh.Yersi mengatakan dari 30 sampel kepala anjing yang dikirim Dinas Peternakan Kabupaten Sikka ke Balai Besar Veteriner Maros,Sulawesi Selatan, 17 di antaranya positif rabies.

"Hasil itu memang mencengangkan, namun ironisnya persediaan vaksin di Dinas Peternakan Sikka tidak ada lagi,"katanya.

Ia mengatakan populasi anjing di Kabupaten Sikka saat ini semakin tidak terkendali, karena itu perlu kesadaran masyarakat untuk memberikan anjing piaraannya divaksin anti rabies.

"Program yang mendesak saat ini melakukan vaksinasi yang berjalan seiring dengan eliminasi total dan anjing-anjing yang tidak divaksinasi harus dibunuh,"tegasnya.

Ia menambahkan kasus rabies belum bisa hilang di Kabupaten Sikka karena rendahnya tingkat kesadaran masyarakat.

Menurut Yersi wabah rabies di Flores ditemukan pertama kali di Kabupaten Flores Timur pada 1998, dan menyebar begitu cepat ke sembilan kabupaten yang ada di Pulau Flores, termasuk di antaranya Lembata.

"Sejak 1998 sampai 2011 korban tewas akibat gigitan anjing rabies di Flores mencapai 215 orang dari 27.386 kasus gigitan," ujarnya. (*)



Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2011