• Beranda
  • Berita
  • BMKG imbau warga Pasaman Barat tinggal di tepi sungai mengungsi

BMKG imbau warga Pasaman Barat tinggal di tepi sungai mengungsi

1 Maret 2022 13:37 WIB
BMKG imbau warga Pasaman Barat tinggal di tepi sungai mengungsi
Air Sungai Batang Nango Kajai Kecamatan Talamau Kabupaten Pasaman Barat, Sumbar  mengalami fenomena alam kering, berlumpur dan dipenuhi material potongan kayu, Sabtu (26/2). (ANTARA/Altas Maulana).

Dari pemotretan udara zona bahaya ada di semua sungai dari lereng Gunung Talamau pada radius 200 meter dari tepi sungai

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau warga Pasaman Barat yang tempat tinggalnya berjarak 200 meter dari tepi sungai untuk mengungsi, mengingat adanya potensi longsor dan banjir bandang pascagempa bermagnitudo 6,1.

"Mungkin ada yang mengatur siapa yang harus diungsikan karena potensi bahaya banjir bandang dan longsor. Itu bahaya jika terjadi hujan di daerah hulu," ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers daring yang diikuti di Jakarta, Selasa.

Dwikorita mengatakan berdasarkan hasil monitoring yang dilakukan BMKG, terjadi sejumlah longsoran di sekitar puncak Gunung Talamau yang merupakan lokasi terdekat dengan episenter gempa 6,1 Pasaman Barat.

Baca juga: Setelah gempa Sumbar, BMKG lakukan survei kerentanan tanah

Sedimen-sedimen longsoran tersebut akan menjadi banjir bandang jika hujan melanda hulu Gunung Talamau. Apalagi saat ini musim hujan masih berlangsung sehingga potensi bencana hidrometeorologi pascagempa menjadi ancaman lain yang mesti diantisipasi dan diwaspadai.

"Dari pemotretan udara zona bahaya ada di semua sungai dari lereng Gunung Talamau pada radius 200 meter dari tepi sungai," kata dia.

Dwikorita menyebut saat ini BMKG bersama Balai Wilayah Sungai (BWS) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terus melakukan upaya mitigasi guna mereduksi dampak jika sewaktu-waktu bencana hidrometeorologi menerjang.

Baca juga: Pascagempa Sumbar, BMKG ingatkan ancaman bencana hidrometeorologi

Pencegahan dilakukan BMKG dengan terus memonitor cuaca dan intensitas hujan. Sementara BWS melakukan pengerukan sedimen lumpur atau material longsoran yang terjadi akibat gempa dan tersapu oleh hujan atau aliran sungai.

Upaya pengerukan ini juga sekaligus untuk mencegah terbentuknya sumbatan material endapan longsoran pada lembah sungai. Sumbatan-sumbatan material tersebut sering terjadi akibat longsor saat gempa, dan akan berbahaya bila membendung aliran air hujan dan aliran sungai dari arah hulu.

Pasalnya, bendung tersebut sewaktu-waktu dapat jebol bila air terus terakumulasi dan menekan, seiring dengan peningkatan curah hujan.

Baca juga: Dua tenda pengungsi gempa Pasaman digenangi air karena bocor

BMKG, lanjut dia, secara lebih intensif terus melakukan monitoring cuaca dengan menggunakan radar cuaca, serta memberikan prakiraan dan peringatan dini potensi cuaca ekstrem di area hulu sungai lereng Gunung Talamau.


"BMKG bekerja sama dengan BBWS, mereka membersihkan endapan tersebut, kami memberikan informasi cuaca," kata dia.

Baca juga: Tim SAR gabungan masih cari lima warga tertimbun longsor Pasaman

Baca juga: BMKG imbau pengungsi Pasaman yang rumahnya masih kokoh untuk pulang

Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2022