Rubel memangkas beberapa kerugian besar hari sebelumnya pada Selasa, menguat dalam perdagangan lokal menjadi melayang di atas rekor terendah, tetapi tetap di bawah tekanan di pasar luar negeri dari sanksi Barat yang keras.Keputusan itu sangat efektif, karena sebagian besar saham unggulan secara aktif digunakan di pasar REPO, dan penurunan dapat menyebabkan margin call
Mata uang mendapat dukungan setelah otoritas Rusia memerintahkan perusahaan pengekspor, di antaranya adalah beberapa produsen energi terbesar dunia mulai dari Gazprom hingga Rosneft, untuk menjual 80 persen dari pendapatan valas mereka di pasar, karena kemampuan bank sentral sendiri untuk intervensi di pasar uang dibatasi.
Mata uang Rusia telah naik 3,3 persen menjadi 91,49 terhadap dolar pada pukul 08.07 GMT di Moskow, dan telah bertambah 3,4 persen menjadi 102,40 versus euro.
Promsvyazbank mengatakan mereka memperkirakan rubel akan bertahan di bawah 100 terhadap dolar pada Selasa.
Namun pada platform perdagangan elektronik EBS, rubel berada di 103 terhadap greenback, tetapi masih jauh dari titik terendah sepanjang masa di 120 yang dicapai pada Senin (28/2/2022).
Rubel jatuh setelah dimulainya invasi Rusia ke Ukraina, pada satu titik kehilangan sepertiga nilainya, tetapi kenaikan suku bunga darurat dan langkah-langkah mendesak lainnya yang diadopsi oleh bank sentral membantunya stabil.
Baca juga: Harga minyak melonjak dan rubel jatuh saat risiko krisis Ukraina naik
Moskow menyebut tindakannya di Ukraina sebagai "operasi khusus" yang katanya tidak dirancang untuk menduduki wilayah tetapi untuk menghancurkan kemampuan militer tetangga selatannya dan menangkap apa yang dianggapnya sebagai nasionalis berbahaya.
Rubel yang lemah akan memukul standar hidup di Rusia dan memicu inflasi yang sudah tinggi, sementara sanksi Barat diperkirakan akan menciptakan kekurangan barang-barang penting yang sudah biasa digunakan orang-orang di Rusia, seperti mobil.
Institute of International Finance (IIF), sebuah kelompok perdagangan yang mewakili bank-bank besar, juga memperingatkan bahwa Rusia sangat mungkin gagal membayar utang luar negerinya dan ekonominya akan mengalami kontraksi dua digit tahun ini setelah tindakan pembalasan baru oleh Barat.
Bank sentral dan kementerian keuangan tidak menjawab permintaan Reuters untuk mengomentari kemungkinan gagal bayar atau default.
Perdagangan saham di Bursa Moskow dihentikan untuk hari kedua setelah aksi jual tajam menghantam pasar sejak pertengahan Februari.
"Keputusan itu sangat efektif, karena sebagian besar saham unggulan secara aktif digunakan di pasar REPO, dan penurunan dapat menyebabkan margin call," kata Ararat Mkrtchian, salah satu pendiri perusahaan indeks Rusia Beta FT.
Baca juga: Bitcoin dapat kredensial mata uang konflik di tengah invasi Rusia
Baca juga: Rupiah dan ringgit menguat, ditopang harga energi-sawit dan reli saham
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022