Hal ini disampaikan Moeldoko dalam rapat koordinasi dengan beberapa elemen kementerian/lembaga terkait dan para perwakilan asosiasi daging sapi nasional, di Gedung Bina Graha, Jakarta, Selasa.
“Perlu ada negara alternatif impor selain Australia yang mampu memenuhi permintaan daging sapi dalam negeri dengan harga terjangkau. Ini perlu dilakukan dengan cepat,” kata Moeldoko dalam siaran pers di Jakarta, Selasa.
Baca juga: Pemerintah sebut BPJS Kesehatan untuk jual beli tanah syarat logis
Sebagai informasi, harga daging sapi dalam negeri saat ini dipengaruhi oleh kenaikan harga impor sapi bakalan dari Australia.
Harga daging sapi bakalan impor pada Januari 2022 naik menjadi 4,2 dolar AS per kg bobot hidup dari posisi 3,8 dolar AS per kg. Harga ini terus naik mencapai 4,5 dolar AS per kg pada Februari.
Harga impor yang tinggi ini memicu kenaikan harga daging sapi secara signifikan di tingkat nasional dari Rp119.750/kg pada 26 Februari 2021 menjadi Rp125.550/kg pada 25 Februari 2022 atau meningkat sebesar 4,9 persen.
Baca juga: Moeldoko: Syarat wajib BPJS Kesehatan upaya jamin hak hidup rakyat
Harga tertinggi daging sapi terpantau berada di Provinsi Aceh mencapai Rp140.650/kg. Adapun di Provinsi DKI Jakarta harga daging sapi sebesar Rp140.000/kg.
"Presiden sangat khawatir tentang inflasi beberapa komoditas yang sedang naik, seperti kedelai, minyak goreng, dan sekarang kita antisipasi agar daging sapi tidak terus naik. Pemerintah sigap menyikapi situasi ini agar tidak ada keterlambatan," kata Moeldoko.
Menurut Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Nasrullah, ketersediaan daging sapi untuk bulan Februari hingga Mei 2022 mencapai 240.948,5 ton. Sementara kebutuhan daging hingga Mei 2022 mencapai 238.213 ton. Angka ini menunjukkan adanya surplus 276 ton ketersediaan yang seharusnya bisa mencegah terjadinya kelangkaan daging sapi.
Baca juga: Moeldoko: Pemindahan IKN tidak abaikan SDM setempat
“Kenaikan harga ini sering berpatok pada harga sapi bakalan impor. Ketika mereka mendengar harga sapi bakalan naik, mereka ingin menaikkan harganya, jadi perlu penetapan harga jual yang wajar berdasarkan harga belinya,” kata Nasrullah.
Menurut Nasrullah, langkah tercepat yang bisa diambil saat ini adalah memilih Meksiko atau Brasil sebagai negara alternatif impor daging sapi.
Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2022