Pasalnya sebesar 40 persen dari paladium, salah satu bahan baku industri otomotif, di dunia dipasok oleh Rusia yang saat ini mendapatkan sanksi dari sejumlah negara sehingga aktivitas ekspornya berpotensi terhambat.
"Paladium ini merupakan input yang digunakan untuk industri otomotif dan juga pembuatan chip. Jadi in the long term, supply chain untuk industri ini bisa terpengaruh," kata dia dalam webinar "Menimbang Dampak Konflik Rusia-Ukraina bagi Indonesia" yang dipantau di Jakarta, Rabu.
Apabila konflik kedua negara terus berlanjut yang diikuti dengan pembatasan ekspor komoditas dari Rusia, termasuk bahan baku untuk industri otomotif, harga produk otomotif dapat meningkat.
"Ada kemungkinan shock juga di supply chain, Rusia ini merupakan ekspor utama atau 40 persen dari ekspor paladium global itu berasal dari Rusia," jelasnya.
Pemerintah perlu mempersiapkan alternatif pemasok bahan baku industri otomotif sebagaimana dilakukan oleh Jerman dan Italia yang mencari diversifikasi dan mengurangi ketergantungan terhadap Rusia.
"Di sini Italia kembali pada batubara dan ini juga ada konsekuensi lainnya, karena kita mengingat bahwa energi dari batubara ini lebih tidak bersih dibanding dengan energi yang sebelumnya," ucap Lestary.
Meskipun dampak konflik antara Rusia dan Ukraina belum berdampak langsung terhadap perekonomian nasional, kondisi kedua negara perlu terus-menerus dipantau.
"Karena kita masih belum tahu seberapa dan berapa lama kondisi ini terjadi dan apa yang akan dilakukan secara persisnya oleh negara-negara lain," tandasnya.
Baca juga: CSIS: Ekonomi global 2022 turun 0,2 persen sebab konflik Rusia-Ukraina
Baca juga: Volvo tangguhkan pengiriman mobil ke Rusia
Baca juga: Daftar pabrikan otomotif yang terdampak konflik Rusia-Ukraina
Pewarta: Sanya Dinda Susanti
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022