"Pandemi ini memberi periset kita kesempatan untuk bisa masuk ke pengembangan vaksin yang selama ini belum pernah dilakukan," kata Kepala BRIN Laksana Tri Handoko saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Jumat.
Ia menuturkan pengembangan vaksin dari nol belum pernah dilakukan di Indonesia sebelum pandemi COVID-19.
Pada saat pandemi COVID-19 melanda Tanah Air, Pemerintah Indonesia berupaya mengalokasikan sumber daya dan mendukung riset untuk mampu menciptakan vaksin sendiri yang risetnya dimulai dari nol, yakni bibit vaksin dibuat oleh periset Indonesia.
Baca juga: Kepala BRIN: Vaksin Merah Putih jadi prioritas
Hal itu dilakukan untuk mendorong kemandirian bangsa dalam memenuhi kebutuhan vaksin COVID-19 bagi seluruh masyarakat Indonesia. Hingga saat ini, vaksin COVID-19 masih didatangkan dari luar negeri.
Progres paling cepat untuk pengembangan vaksin Merah Putih adalah yang dikembangkan Universitas Airlangga dengan platform inactivated virus atau berbasis virus yang dilemahkan atau dimatikan. Saat ini sedang dalam proses uji klinis tahap 1.
Selain Universitas Airlangga, ada enam tim lain turut mengembangkan vaksin Merah Putih, dan semua tergabung dalam konsorsium nasional untuk pengembangan vaksin Merah Putih.
Para tim di dalam konsorsium nasional untuk pengembangan vaksin Merah Putih tersebut adalah Universitas Airlangga, Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Gadjah Mada, Universitas Padjadjaran, eks-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), dan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman.
Tiap tim mengembangkan vaksin Merah Putih dengan metode yang berbeda, mulai dari vaksin yang berbasis inaktivasi virus hingga rekombinan protein.
Baca juga: Ilmuwan: Butuh riset lanjutan buat strategi pemberian booster tepat
Baca juga: BRIN: Tujuh tim kembangkan Vaksin Merah Putih, yang paling cepat Unair
Baca juga: BRIN kembangkan vaksin dan perkuat surveilans tangani COVID-19
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2022