“Ini menunjukkan antusiasme masyarakat memanfaatkan KRL Solo-Jogja cukup tinggi meski di tengah pandemi,” kata Budi Karya dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat.
Budi Karya mengatakan, kehadiran KRL yang diresmikan oleh Presiden RI Joko Widodo pada 1 Maret 2021 lalu ini, merupakan bagian dari upaya pemerintah melalui Kemenhub untuk membangun transportasi masa depan dan berkelanjutan.
Sebelum ada kereta, kata Menhub, masyarakat Solo-Jogja mengandalkan transportasi jalan untuk mobilitas sehari-hari.
Hal ini menyebabkan tingginya konsumsi bahan bakar minyak yang menyebabkan tingginya emisi dan polusi udara.
“Kehadiran KRL ini akan berkontribusi pada pengurangan angka konsumsi BBM hingga 51,7 persen dan kita berharap tingkat peralihan minat masyarakat yang beralih dari kendaraan pribadi ke KRL mencapai 50 persen,” ujarnya.
Menhub mengajak seluruh masyarakat di Solo-Jogja dan sekitarnya untuk memanfaatkan fasilitas KRL dengan maksimal.
“Kami terus berkoordinasi dengan pemerintah daerah, operator, dan juga para pemangku kepentingan terkait agar angkutan massal di Solo-Jogja semakin terintegrasi antar modanya sehingga semakin mudah diakses,” ujarnya.
Menhub berharap, jalur KRL dapat terus diperpanjang agar dapat semakin banyak daerah yang dilayani dan turut mendongkrak pertumbuhan ekonomi daerah yang dilalui.
Tidak hanya di Jawa, pengembagnan KRL juga akan terus dilakukan di luar pulau Jawa seperti di Sumatera dan daerah lainnya.
Lebih lanjut Menhub mengungkapkan, selain ramah lingkungan, kehadiran KRL Solo-Jogja yang menggantikan Kereta Rel Diesel Prambanan Ekspress (KRD Prameks) ini juga merupakan komitmen pemerintah untuk terus mendukung industri dalam negeri agar dapat terus meningkatkan daya saingnya dengan produk luar negeri.
“Sudah selayaknya kita bangga memiliki KRL yang merupakan hasil karya anak bangsa,” kata Menhub.
Pada kesempatan yang sama, Dirjen Perkeretaapian Zulfikri menjelaskan, KRL merupakan salah satu moda angkutan massal yang memilik sejumlah keunggulan jika dibandingkan dengan moda lainnya.
Sejumlah keunggulannya yaitu memiliki emisi yang rendah (ramah lingkungan), kehandalan layanan dalam jangka panjang, efisiensi pergerakan, kapasitas angkut yang tinggi, dan memperkuat struktur tata ruang.
Dirjen Zulfikri menambahkan, KRL Solo-Jogja yang dioperatori oleh PT KCI ini juga memiliki sejumlah keunggulan jika dibandingkan dengan kereta api pendahulunya yaitu Kereta Rel Diesel Prambanan Ekspress (KRDE Prameks).
“Kita akan terus mengembangkan elektrifikasi perkeretaapian di Solo-Jogja, memperpanjang jalur sampai dengan Palur, menyambungkan kereta dari Wonogiri sampai dengan Bandara Adi Sumarmo, dan membangun Depo KRL di wilayah Jebres,” katanya.
Baca juga: Jumlah penumpang KRL Solo-Yogyakarta turun selama Ramadhan dan Lebaran
Baca juga: Menhub akan resmikan "soft launching" KRL Yogyakarta-Klaten
Pewarta: Adimas Raditya Fahky P
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022