Xavi Hernandez adalah arsitek utama untuk revitalisasi Barcelona ini.
Tapi dalam berbagai kesempatan Xavi meminta timnya tidak lengah dan tidak cepat berpuas diri. Seperti dirinya yang tenang dan dingin namun mematikan sewaktu menjadi pemain, pelatih Barcelona ini meminta semua elemen tim tak lengah.
Baca juga: Martin Braithwaite dilaporkan pertimbangkan masa depannya di Barcelona
Dia tahu kebesaran Barcelona yang tahun belakangan ini terusik dan berpuncak saat Lionel Messi hengkang ke Paris Saint German, tak dibangun dalam waktu sekejap, melainkan berjalan bertahap bagaikan evolusi.
Tapi evolusi itu membuat fondasi-fondasi yang menjadikan Barcelona meraksasa tak pernah benar-benar tanggal dari konstruksi dasar Barca sehingga klub bisa mudah dibangun kembali, apalagi oleh orang seperti Xavi yang memiliki DNA Barcelona dan paham luar dalam klub ini.
Namun justru karena memahami luar dalam, mulai filosofi sampai kultur klub, Xavi tahu perubahan tak bisa grasa-grusu.
Dia ingin segalanya dilakukan bertahap, selangkah demi selangkah, sekalipun berpacu dengan waktu yang sudah mulai masuk periode kritis, baik LaLiga maupun Liga Europa.
Namun jika melihat delapan pertandingan terakhir Barca di berbagai kompetisi yang tak terkalahkan dan bahkan memenangi empat pertandingan terakhirnya, keinginan Xavi agar tim tenang, justru dibarengi keyakinan pasti bahwa Barcelona sudah melewati masa kritisnya.
Lihat saja grafik mereka selama Februari lalu. Selama sebulan penuh mereka tak terkalahkan, padahal pada Januari tahun ini dan pada Agustus, September, Oktober dan Desember tahun lalu, selalu saja ada hari mereka menelan kekalahan.
Baca juga: Xavi: Mendapatkan tempat di Liga Champions adalah target utama kami
Memang pada awal periode kepelatihan Xavi, Barcelona yang sempat terjerembab ke posisi sembilan klasemen LaLiga, terlihat kesulitan mengembalikan kekuatan tim raksasa tersebut.
Mereka kalah empat kali dalam berbagai kompetisi, yakni dua dalam pertandingan Liga Champions yang membuat Barca terlempar ke Liga Europa, sekali laga Copa del Rey melawan Athletic Bilbao dalam 16 besar, dan sekali pertandingan liga melawan Real Betis dua bulan lalu.
Namun dalam empat pertandingan terakhir ini mereka menang terus, termasuk menjegal Napoli di kandangnya sendiri dalam babak 32 besar Liga Europa. Dan kemenangan ini direngkuh dengan cara lebih produktif dan klinis.
Itu semua tak lepas dari filosofi dan mental Xavi sendiri yang membenci hasil selain menang. Dia ingin timnya terus menang, tak peduli siapa lawannya, dan di mana laga dimainkan.
Dalam laman FC Barcelona, Xavi tegas berkata, "Saya tahu tempat saya berada, ini posisi dengan tanggung jawab besar dan ini tentang keunggulan, tentang terus menang."
Baca juga: Menang 2-1 lawan Elche, Barcelona naiki peringkat ketiga
Mengubah mentalitas
Efek Xavi sendiri semakin terasa, di dalam maupun di luar lapangan. Dia tahu apa yang dihasilkan di dalam lapangan adalah resultante dari yang terjadi di ruang ganti dan tempat latihan.
Perspektif ini pula membuat orang melihat lebih dari sekadar hasil pertandingan atau cara dan teknik bermain. Lebih besar lagi mereka kini menyaksikan "revolusi mental" dalam tubuh Barcelona yang membuat laku pemain-pemain Barca setelah Xavi datang, berbeda dari skuad Barca sebelum Xavi memimpin Nou Camp.
Aspek ini disorot lekat-lekat oleh Presiden FC Barcelona Joan Laporta yang tak ragu berkata, "Xavi telah mengubah mentalitas tim". Sang presiden sampai mengaku tengah menatap masa depan yang cerah bersama Xavi.
Menyanjung perubahan besar dalam skuad Barca, Laporta yakin Barcelona tengah membangun era baru yang akan luar biasa hebat.
"Saya yakin dia (Xavi) akan memberi kami kebahagiaan sampai bertahun-tahun mendatang," kata Laporta.
Keyakinan ini membuat Laporta berjanji memperkuat skuad dengan aktif pada bursa transfer pemain musim panas nanti segera setelah musim ini selesai.
Tak pelak lagi Xavi telah mengembalikan suasana gembira di Camp Nou setelah lama dipayungi suasana hati kelam, termasuk para penggemar yang sempat ogah masuk kembali stadion setelah Messi meninggalkan klub ini.
Dosis-dosis perubahan telah disuntikkan Xavi, sehingga Barca kini menjadi lebih klinis dan tak lagi cuma mengandalkan lini serang dalam menjebol gawang yang sebelum ini dianggap biang keladi sempat melorotnya Barca.
Melawan Atletico Madrid pada 6 Februari, Barca sangat klinis di mana semua lini yang sama tajam dan kuatnya, sampai para bek mencetak tiga dari empat gol yang bersarang ke gawang Atletico ketika mereka menang 4-2.
Ketiga bek itu adalah Ronald Araujo, Jordi Alba dan Dani Alves. Ironisnya, Dani Alves dikartumerahkan pada menit ke-69 ketika semua dari empat gol Barcelona sudah tercetak. Hebatnya, Barcelona tetap menang.
Yang juga sudah kembali adalah identitas dan trademark Barcelona, yakni umpan-umpan pendek yang cepat nan akurat.
Semua faktor itu menjadi magnet untuk kembali berduyun-duyunnya pendukung Barca memasuki stadion yang saat tampil di kandang sendiri senantiasa menciptakan atmosfer yang mendorong Barcelona semakin tampil mengerikan.
Baca juga: Barcelona ingin perpanjang kontrak Dani Alves
Terus berlanjut
Xavi juga mengimbuhkan salah satu formula penting dalam bagaimana membentuk tim kuat sekaligus maut di depan gawang lawan, yakni intensitas.
Pemain Bayern Muenchen Thomas Muller pernah menyingkap kekurangan Barca itu ketika Bayern menang dua kali dari Barcelona dalam fase grup Liga Champions.
"Saya kira," kata Mueller, "Secara teknis, mereka memiliki segalanya, mereka adalah pemain-pemain hebat baik secara taktis maupun teknis. Tapi mereka tidak bisa mengatasi intensitas dalam sepak bola papan atas."
Kritik ini menyentak Xavi. Setelah balik mengalahkan Elche dalam pertandingan liga terakhir pekan lalu, penjaga gawang Marc-Andre Ter Stegen menguatkan apa yang sudah dilakukan Xavi seiring dengan masukan Mueller itu, bahwa selepas jeda laga melawan Elche itu Xavi memerintahkan pemain-pemain Barca menaikkan intensitas.
Intensitas ini bisa sangat menentukan dalam laga-laga berikutnya Barcelona yang komposisi jadwalnya terlihat menguntungkan Barcelona.
Sesudah menghadapi Galatasaray dalam leg pertama 16 besar Liga Europa pekan ini, Barcelona akan menjamu Osasuna yang menjadi awal dari 12 pertandingan terakhir mereka dalam kompetisi liga.
Laga kandang melawan Osasuna adalah satu dari tujuh pertandingan terakhir Barca di mana mereka menjadi tuan rumah. Pada lima terakhir lainnya Barca menjadi tim tamu, termasuk saat melawan Real Madrid dalam el Clasico pada 21 Maret.
Jika melihat jadwal itu besar kemungkinan laju positif yang melukiskan revolusi yang tengah dilakukan Xavi, terus berlanjut.
Pun demikian dengan Liga Europa. Bukan meremehkan Galatasaray, tapi kelas klub Turki itu, ditambah revitalisasi Barcelona, telah membuat Barcelona terlalu kuat bagi mereka.
Barcelona sendiri menjadi favorit terkuat menjuarai Liga Europa, kendati tim-tim tangguh seperti Bayer Leverkusen, RB Leipzig, Atalanta, West Ham United, dan duo LaLiga yakni Real Betis dan Sevilla, bisa menjadi batu sandungan untuk La Blaugrana.
Yang jelas, laga-laga terakhir musim ini akan menunjukkan seberapa jauh perubahan yang terjadi di Barcelona di bawah asuhan Xavi Hernandez.
Namun grafik meningkatnya performa Barcelona, kecil kemungkinan tertahan. Sebaliknya akan cenderung kian menanjak.
Baca juga: Ajak gabung Barcelona, Xavi temui langsung Erling Haaland
Pewarta: Jafar M Sidik
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2022