Toleransi antarumat beragama merosot

8 September 2011 12:30 WIB
Toleransi antarumat beragama merosot
Manager Proyek Setara Institute Ismail Hasani (kiri) bersama Ketua Setara Institute Hendardi (tengah) dan Wakil Setara Institute Bonar Tigor Naipospos (kanan) saat memaparkan keberagamaan Publik dan sikapnya terhadap Ahmadiyah di Jakarta, Kamis (8/9). (ANTARA/M Agung Rajasa)
Jakarta (ANTARA News ) - Hasil survei yang dilakukan oleh Setara Institute tentang Keberagamaan Publik, menyebutkan, sebagian besar responden (45,9 persen) menyatakan bahwa keberlangsungan kemajemukan di Indonesia sedang terancam.

"Hal ini disebabkan oleh kemerosotan toleransi antarumat beragama akhir-akhir ini," kata Wakil Setara Institute, Bonar Tigor Naipospos saat memaparkan hasil surveinya "Keberagamaan Publik dan Sikapnya Terhadap Ahmadiyah", di Jakarta, Kamis.

Survei terhadap 3000 responden di 47 Kabupaten/Kota di sepuluh Provinsi pada 10-25 Juli 2011 lalu itu sekitar 55,2 responden menyatakan sangat setuju dan setuju toleransi antarumat beragama menurun, sementara 26,9 persen menyatakan kurang setuju dan tidak setuju.

Sepuluh provinsi yang dilakukan survei dengan metode secara acak/random (Kish Grid Methode) itu, yakni Jakarta, Jawa Barat, Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sumatera Selatan dan Sumatera Barat.

Bonar mengatakan, sikap-sikap intoleransi dalam pandangan keagamaan semacam itu, berdasarkan persepsi responden dapat mengalami intensitas yang berpeluang bagi munculnya tindakan kekerasan yang mengatasnamakan agama.

Survei ini memiliki tingkat kepercayaan 95 persen dengan margin of error sekitar 2,2 persen dengan wawancara tatap muka.

Ketua Badan Pengurus Setara Institute, Hendardi, menambahkan, survei ini bertujuan untuk mengetahui pandangan publik dan menghimpun langkah-langkah apa yang harus dilakukan negara dalam menangani persoalan keagamaan atau Ahmadiyah. (ANT/S037)


Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2011