Perempuan peneliti menjadi bagian dari modal sumber daya manusia unggul yang penting dalam membangun kemajuan suatu bangsa.
Hasil riset dan inovasi para perempuan peneliti juga akan menjadi jawaban atau solusi dari berbagai permasalahan bangsa seperti perubahan iklim, energi bersih, keberlanjutan lingkungan dan teknologi tepat guna.
Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-bangsa (UNESCO) menyebutkan kurang dari 30 persen periset di seluruh dunia adalah perempuan. Itu berarti partisipasi perempuan dalam bidang ilmu pengetahuan masih minim.
Oleh karena itu, peringatan Hari Perempuan Internasional yang jatuh pada 8 Maret menjadi momentum untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian semua pihak untuk mendorong lebih banyak perempuan berpartisipasi dalam kemajuan sains dan inovasi.
Perempuan sendiri diharapkan menyadari potensinya, semakin menggali kemampuan dan animo di dunia riset dan inovasi karena riset dan inovasi yang menjadi kunci utama untuk membangun bangsa yang maju dan mengalami lompatan-lompatan besar dalam pertumbuhan ekonominya.
Investasi dalam melahirkan para perempuan periset unggul menjadi perhatian bangsa Indonesia karena merupakan satu kesatuan dari penciptaan sumber daya manusia Indonesia yang unggul. Peningkatan partisipasi perempuan peneliti juga akan mendorong kemajuan Indonesia dalam menyambut Indonesia emas pada 2045.
Untuk mewujudkan Indonesia maju, perlu semakin banyak orang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang membidangi sains, teknologi, teknik, dan matematika (STEM), termasuk di dalamnya perempuan peneliti.
Menurut peneliti bidang teknologi proses elektrokimia Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Prof Eniya Listiani Dewi, lebih dari 50 persen lulusan universitas di Indonesia adalah perempuan. Namun, hanya 18-36 persen dari total itu menjadi perempuan peneliti.
Faktanya, setelah memasuki dunia kerja, hanya tersisa 18 persen dari total perempuan peneliti itu yang bekerja di ranah STEM. Hal itu dikarenakan keterbatasan perempuan terkait tanggung jawab pada keluarga, tradisi dan budaya serta pola pikir.
Baca juga: Peneliti BRIN imbau parpol tegaskan keberpihakan pada perempuan
Baca juga: Perempuan Indonesia didorong terlibat dalam bidang sains
Era digital
Oleh karenanya, perlu dukungan dari semua pihak termasuk kaum laki-laki yang mendukung perempuan untuk meningkatkan partisipasi dalam kemajuan sains dan inovasi.
Untuk meningkatkan partisipasi perempuan, ada tiga hal yang penting yang ditekankan Eniya, yakni dukungan dan investasi serta penerimaan perempuan di dunia rekayasa teknik industri dan ilmu pengetahuan harus semakin didengungkan untuk menginspirasi perempuan muda.
Perubahan juga perlu dilakukan untuk mendorong peningkatan partisipasi perempuan Indonesia di bidang STEM, salah satunya melalui program mentoring dan role model.
Poin terakhir adalah pentingnya optimalisasi perkembangan ekonomi digital dalam mendorong perempuan untuk bergerak di bidang kewirausahaan.
Untuk itu, mempersiapkan peneliti perempuan sejak dini dan meningkatkan minat generasi muda di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi strategis dan penting untuk menyongsong Indonesia emas pada 2045.
"Tanpa ilmu pengetahuan dan kualifikasi teknis, bonus demografi kita hanyalah angka. Jadi kita harus mempersiapkan para perempuan peneliti," ujar Eniya.
Selain itu, beragam fasilitas beasiswa atau dukungan pembiayaan pendidikan dan riset harus semakin digaungkan sampai ke pelosok Tanah Air, termasuk kota-kota kecil dan desa.
Peran BRIN di daerah dapat digalakkan untuk mendorong motivasi perempuan bahwa periset adalah sesuatu yang keren dan periset bukan hanya dari pegawai negeri saja tapi peneliti bisa dari ranah industri, masyarakat umum, dan lembaga swadaya masyarakat.
Para pimpinan daerah juga dapat menargetkan staf atau anggota tokoh daerah terutama para perempuan untuk bisa studi ke luar lalu kembali membangun daerahnya.
Apalagi di era saat ini, kesempatan dan kompetisi semakin terbuka lebar untuk para perempuan di dunia termasuk perempuan Indonesia untuk semakin berkiprah di dunia riset dan inovasi.
Kesempatan berkembangnya para perempuan peneliti di Tanah Air saat ini lebih besar karena berbagai akses beasiswa semakin banyak dan perkembangan teknologi semakin memudahkan untuk memperoleh informasi.
Jika dulu Eniya mengalami masalah konektivitas dan keterbatasan informasi, namun semua tantangan itu tidak menghambat geraknya menorehkan prestasi di dunia riset dan inovasi.
Menurut perempuan yang menyelesaikan program S1-S3 di Universitas Waseda di Jepang dari tahun 1994-2003 itu, sekarang ini motivasi generasi milenial terjun di dunia riset dan inovasi, khususnya para perempuan seharusnya menjadi lebih besar lagi karena terpapar berbagai informasi yang sangat banyak di dunia maya, yang menggugah keingintahuan dan melihat figur-figur yang dapat menginspirasi atau menjadi teladan.
Bahkan sekarang ada kecenderungan orang bisa belajar berbagai ilmu di dunia digital. Hal itu tidak semudah yang bisa diakses Eniya saat ia menempuh studi di bangku kuliah dulu karena akses masih terbatas dan kebanyakan mengakses informasi di buku-buku di perpustakaan.
"Semoga perempuan semakin berkiprah dan perempuan saling mendukung perempuan dan kita tentu saja berharap keberpihakan dari semua lini untuk bisa mendukung perempuan," ujarnya.
Baca juga: Peneliti nilai representasi perempuan dalam politik sudah baik
Baca juga: Peneliti: Perempuan dalam politik harus dukung Visi Indonesia 2045
Dukungan keluarga
Dukungan keluarga menjadi salah satu faktor penting dalam meningkatkan peran perempuan dalam kemajuan sains dan inovasi. Hal itu diungkapkan peneliti bidang teknologi lingkungan BRIN Dr Neni Sintawardani.
Penerima penghargaan the Underwriters Laboratories-ASEAN-US Science Prize for Women 2021 in the Senior Scientist Category itu sejak kecil tumbuh dan berkembang di keluarga yang sebetulnya dekat dengan dunia peneliti di mana ibunya adalah seorang guru dan ayahnya adalah seorang tentara dan seniman.
Di masa kecilnya, Neni sering kali terbiasa berdiskusi dan mendengar jawaban dari orang tua atas semua pertanyaan keingintahuan yang dilontarkannya.
Penerima penghargaan The Hitachi Global Foundation Asia Innovation Award 2020 itu menjadi terbiasa dan didukung oleh atmosfer yang mendorongnya untuk terbiasa berpikir dan bertanya sehingga itu menjadi dasar dia terjun menjadi peneliti.
Neni mengatakan keluarga bukan menjadi hambatan dalam berkarya di dunia riset dan inovasi, justru bisa menjadi dukungan untuk meningkatkan kemampuan diri untuk terus berinovasi. Di saat ini, suami dan anak-anak Neni juga mendukungnya untuk terus berkarya di dunia sains dan inovasi.
Asalkan komunikasi dan saling pengertian ditanamkan, maka semua diharapkan bisa saling memahami dan mengerti pekerjaan peneliti.
Oleh karenanya, diharapkan semua pihak termasuk keluarga dan kaum laki-laki dapat terus mendorong perempuan Indonesia untuk berkiprah lebih lagi di manapun bidangnya, khususnya di bidang STEM, karena sains dan teknologi dapat menjawab kebutuhan masyarakat dan bangsa Indonesia.*
Baca juga: Perempuan pelaku UMKM perlu dapat dukungan tambahan, ini alasannya
Baca juga: Peneliti: Pemulihan ekonomi pascapandemi butuh kontribusi perempuan
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022