• Beranda
  • Berita
  • Anggota DPRD DKI: Setiap RPH perlu miliki sistem pengolahan limbah

Anggota DPRD DKI: Setiap RPH perlu miliki sistem pengolahan limbah

10 Maret 2022 20:01 WIB
Anggota DPRD DKI: Setiap RPH perlu miliki sistem pengolahan limbah
Pekerja memotong daging sapi kurban di Rumah Pemotongan Hewan (RPH) PD. Dharma Jaya, Cakung, Jakarta, Rabu (21/7/2021). Permintaan pemotongan hewan di tempat tersebut meningkat dibanding hari biasa menyusul imbauan pemerintah untuk melakukan pemotongan hewan kurban di RTH guna menghindari kerumunan di masa pandemi COVID-19. ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/foc.

Limbah dari bau ternak yang dipotong ini mungkin juga perlu pengolahan tersendiri

Anggota Komisi B DPRD Provinsi DKI Jakarta Gilbert Simanjuntak menyebut setiap Rumah Potong Hewan (RPH) perlu memiliki sistem pengolahan limbah karena sisa produksi pemotongan kerap menimbulkan bau tak sedap dan dikhawatirkan dapat menimbulkan penyakit bagi masyarakat sekitar.

"Beberapa RPH yang limbahnya agak menggangu lingkungan, misalnya RPH di Pulogadung. Limbah dari bau ternak yang dipotong ini mungkin juga perlu pengolahan tersendiri," kata Gilbert di Jakarta, Kamis.

Politisi PDI Perjuangan itu mencontohkan limbah, limbah dari RPH di Pulogadung sering dikeluhkan warga sekitar karena sisa produksi pemotongan atau jeroan  sering menimbulkan bau tak sedap di lingkungan. "Persoalan ini tak bisa diabaikan begitu saja oleh Pemprov DKI Jakarta," katanya.

Gilbert menuturkan, dirinya pernah mengkoordinasikan persoalan tersebut dengan Perumda Dharma Jaya sebagai pengelola RPH, tapi hingga saat ini belum ada tindaklanjut mengenai rencana kerja yang akan dilakukan BUMD DKI itu untuk mengatasi dampak pencemaran limbah.

"Memang tidak ada ketentuan berapa jarak minimal antara RPH dan permukiman penduduk. Warga yang tinggal dekat RPH terdampak oleh bau dari sisa pemotongan hewan," ucapnya.

Gilbert berharap, seluruh RPH mampu mengelola limbahnya sendiri seperti yang telah diterapkan oleh RPH Cakung sejak 2018.

Di Cakung, kotoran dan sisa jerami makanan sapi diolah menjadi pupuk kompos yang bisa dimanfaatkan oleh Dinas Pertamanan dan Hutan Kota DKI Jakarta.

Sementara itu, RPH Kapuk yang menangani babi dan RPH Pulogadung yang menangani unggas belum menerapkan pengolahan limbah secara baik.

Direktur Utama Dharma Jaya, Raditya Endra Budiman, saat rapat bersama Komisi B beberapa waktu lalu, menyatakan, telah berupaya untuk meminimalisir aroma tak sedap dengan mengangkut kotoran dan bangkai ayam maupun babi yang mati setiap hari.

"Penanganan limbah sebenarnya sudah kita antisipasi dengan pengangkutan setiap hari dengan truk yang datang kesana untuk mengangkut ayam-ayam yang mati dan segala macam. Tapi hasilnya tidak akan bisa 100 persen bersih, tetap masih ada bau," tuturnya.

Pimpinan Dharma Jaya berjanji akan berkoordinasi dengan warga sekitar untuk mengupayakan agar aroma tak sedap bisa ditangani secepatnya.

Baca juga: DKI tawarkan tarif terjangkau untuk pemotongan unggas di RPH
Baca juga: Wagub DKI beli sapi kurban dari peternak di Jakarta Selatan
Baca juga: Pemkot Jakarta Selatan tidak miliki rumah potong hewan ruminansia

Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Riza Harahap
Copyright © ANTARA 2022